Begini Pantauan BPS Terkait Tantangan Ekonomi Awal 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Axa Badan Pusat Statistik (BPS) menilai ada beberapa tantangan ekonomi di awal tahun 2017. Salah satunya adalah pencairan anggaran pemerintah. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia atau rasio gini belum menunjukkan perbaikan pemerataan kesejahteraan yang ideal. Pasalnya, kesejahteraan masyarakat golongan bawah hingga menengah masih perlu perbaikan. Artikel terkait : Menko Darmin: Ekonomi Indonesia di 2016 Belum Sesuai Harapan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) telah melakukan pembayaran bunga obligasi berkelanjutan I Bank BTPN dengan tingkat bunga tetap tahap II tahun 2012 seri B. Kepala BPS Suhariyanto menyarankan, sebaiknya pencairan anggaran di awal tahun ini dilakukan lebih cepat. Dengan begitu konsumsi pemerintah sudah mulai tumbuh sejak awal tahun, tidak terpusat di satu kuartal saja. "Uang sudah ada segera direalisasikan. Supaya dia menyebar (di setiap kuartal)," kata dia di Gedung BPS, Senin (6/2/2017). Sementara di sektor lapangan usaha, Suhariyanto mema Badan Pusat Statistik (BPS) menilai ada beberapa tantangan ekonomi di awal tahun 2017. Salah satunya adalah pencairan anggaran pemerintah Sekadar tambahan, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi RI selama tahun 2016 sebesar 5,02%. Posisi ini lebih tinggi dibandingkan laju ekonomi tahun 2015 yang sebesar 4,88%. Adapun untuk kuartal IV-2016 pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94%, ekonomi tumbuh lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang hanya 5,02%. Juga lebih rendah dibanding laju ekonomi kuartal IV tahun 2015 yakni 5,04%. Sementara di sektor lapangan usaha, Suhariyanto memandang sektor pertanian cukup baik. Namun pertumbuhan sektor ini akan terlihat pada kuartal 2 bertepatan dengan panen raya. "Karena pertanian itu kan dipengaruhi tanaman pangan biasanya puncak panen raya kalau enggak bergeser ke kuartal II," tukasnya. Pertumbuhan Ekonomi Tak Sesuai Ekspektasi, Ini Kata BPS | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Axa ”Memang grafiknya (pertumbuhan, Red) menurun sejak 2014. Tapi sekarang sudah menunjukkan perbaikan,” tutur Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di gedung BPS (6/2). Pertumbuhan pada kuartal IV 2016 yang hanya 4,94 persen menahan laju ekonomi tahunan. Meski melambat bila dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya, akselerasi pada akhir tahun masih sesuai proyeksi. Pertumbuhan ekonomi 2016 benar-benar tak sesuai ekspektasi. Merujuk laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu ekonomi hanya tumbuh 5,02 persen. Angka itu berada di bawah target pertumbuhan yang dipatok dalam APBNP 2016 yang sebesar 5,2 persen. Meski begitu, pertumbuhan tahun lalu masih lebih baik ketimbang 2015 yang tercatat 4,88 persen. ”Ini karena meningkatnya kegiatan organisasi masyarakat (ormas, Red) dan parpol dalam persiapan dan kampanye pilkada serentak di 101 daerah,” bebernya. Menurut dia, dari sisi pengeluaran, ada sektor yang tumbuh positif. Yakni, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Konsumsi LNPRT merupakan kontribusi terbesar dari sisi pengeluaran; mencapai 6,62 persen. Hal itu terkait dengan pilkada serentak. Dari sisi produksi, pertambangan dan penggalian tumbuh signifikan. Itu terjadi karena peningkatan produksi pertambangan migas serta batu bara. Kemudian, pengadaan listrik dan gas juga naik tinggi serta perdagangan tumbuh sejalan dengan peningkatan produksi domestik. ”Jasa keuangan tumbuh, dampak kenaikan kredit dan dana pihak ketiga. Kemudian, transportasi dan pergudangan tumbuh akibat penambahan jumlah rute, armada, dan frekuensi penerbangan,” katanya. Kontributor berikutnya adalah konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh 5,01 persen. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 4,92 persen. Pertumbuhan konsumsi tersebut berasal dari kelompok transportasi dan komunikasi, penjualan mobil penumpang, serta restoran dan hotel. ”Penjualan mobil secara wholesale (sampai diler, Red) pada triwulan IV mencapai 278.894 unit atau naik 12,18 persen secara year on year. Transaksi debit untuk belanja juga tumbuh 18,29 persen; lalu produksi semen meningkat dan wisman tembus 10,41 juta kunjungan,” paparnya. Namun, Kecuk menekankan, konsumsi pemerintah cukup terkontraksi. Pemicunya, antara lain, pemangkasan anggaran. Hal tersebut paling terasa pada kuartal IV 2016. Realisasi belanja pemerintah pada triwulan IV mencapai Rp 549 triliun atau 26,36 persen dari pagu 2016. ”Jadi, kuartal IV tahun lalu konsumsi pemerintah negatif 4,05 persen karena ada penyesuaian anggaran,” imbuhnya. Itu membuat inflasi berada di angka 0,97 persen. Menurut dia, jika inflasi tetap melambung tinggi seperti awal tahun, konsumsi rumah tangga akan melemah. Padahal, salah satu motor pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. ”Jadi, inflasinya harus terkendali sehingga konsumsi masyarakat masih kuat,” imbuhnya. Tahun ini tantangan besar pemerintah adalah mengendalikan inflasi akibat kenaikan sejumlah administered price pada Januari. Misalnya biaya administrasi STNK dan BPKB serta penyesuaian tarif listrik dan BBM. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|