Namun banyak pihak meragukan kemampuan kilang Balongan dan target yang dibidik Pertamina | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STCWakil Direktur Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, kebutuhan impor bahan bakar untuk pesawat mencapai 3.180 kiloliter (Kl) per hari sehingga perseroan membidik produksi avtur kilang Balongan bisa mencapai 1.900 Kl per hari. "Kalau 1.900 Kl per hari bisa diproduksi sendiri, berarti impornya tinggal 1.200-an Kl per hari," ucap pria yang akrab disapa Abe di kantornya, Selasa (24/1). PT Pertamina (Persero) siap mengencangkan ikat pinggang untuk mengurangi kuota impor avtur hingga 60 persen di tahun ini. Hal itu dibarengi dengan menggenjot produksi dari kilang Balongan yang terletak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dalam catatan Pertamina, ada beberapa bandar udara yang memiliki kebutuhan avtur dalam jumlah besar, seperti Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta (Soetta), Bandar Udara International Ngurah Rai, Bandar Udara International Sultan Hasanuddin, Bandar Udara International Juanda, dan Bandara Udara Internasional Halim Perdanakusuma. "Soetta kebutuhan sudah 700 Kl per hari, Halim sudah terbesar keempat. Kalau seperti itu harus kembangkan produksi dalam negeri kalau tidak kita impor," imbuh Abe. Abe bilang, selain mengupayakan agar porsi impor dapat menyusut, perusahaan pelat merah juga berupaya mengimbangi kebutuhan avtur yang terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, Pertamina ingin produksi yang meningkat dapat menurunkan harga jual avtur sekaligus memangkas biaya distribusi yang selama ini masih cukup besar. Namun, Pertamina ingin membangun pipa transmisi untuk distribusi avtur dan membuat distribusi ke bandara lain langsung diberikan tanpa perlu memasoknya terlebih dahulu ke Bandara Soekarno Hatta. "Kalau itu bisa, bukan hanya soal impor, tapi saya bisa efisiensi dari sisi distribusinya," tegasnya. Ia mencontohkan, selama ini jalur distribusi masih kurang efisien. Produksi avtur umumnya didistribusikan ke Bandara Soekarno Hatta yang selanjutnya didistribusikan lagi ke beberapa bandara terdekat, seperti Bandara Halim, Lapangan Terbang Pondok Cabe, dan Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara. Sementara, sampai saat ini, produksi avtur di kilang Balongan belum terlihat. Selain itu, usia kilang Balongan terbilang cukup tua. Hal ini membuat banyak pihak meragukan kemampuan kilang Balongan dan target yang dibidik Pertamina. Adapun Pertamina menyebutkan pernah berusaha memproduksi avtur, namun jumlahnya masih sangat kecil, hanya sekitar 200 Kl per hari. Menurutnya, Pertamina telah memetakan skema produksi bertahap yang akan dikejar pada kilang Balongan. Selain itu, Pertamina menyebut akan menggunakan teknologi dan melakukan perawatan rutin atau turn around pada kilang sehingga kinerja kilang maksimal. Namun, Abe bilang, perusahaan minyak terbesar di dalam negeri tersebut akan berupaya sedemikian rupa untuk menggenjot produksi avtur di kilang Balongan. Lima Langkah Pertamina Perbaiki Kinerja Operasional Kilang PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC PT Pertamina (Persero) mencanangkan lima langkah prioritas untuk memperbaiki kinerja operasional kilang perusahaan yang diharapkan meningkatkan ketahanan pasokan dan penurunan impor bahan bakar minyak (BBM). Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengungkapkan langkah-langkah perbaikan tersebut mencakup lima aspek, yaitu Health, Safety, Security, and Environment (HSSE), Keandalan, Efisiensi, Optimasi dan perbaikan Organisasi dan Pengembangan SDM. Selain fatality, tuturnya, Pertamina akan seaktif mungkin untuk mencegah terjadinya pencemaran akibat operasi kilang. Adapun, keandalan kilang difokuskan pada upaya mencapai zero unplanned shutdown. Dia mencontohkan salah satu upaya untuk mencapainya, dilakukan dengan cara konsisten dan disiplin pada jadwal pemeliharaan kilang baik yang bersifat parsial maupun menyeluruh. Kelima aspek tersebut, tuturnya, sangat penting untuk meningkatkan ketahanan pasokan BBM. Dari aspek HSSE, tuturnya, fokus utama adalah tidak ada kejadian kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan fatality. Aspek ketiga adalah efisiensi melalui beberapa langkah, dengan fokus utamanya mengurangi working losses hingga 50 persen dibawah realisasi pada 2016. Selain mengurangi losses, Toharso juga akan melakukan pengadaan bahan maupun peralatan kilang secara terpusat sehingga dapat menurunkan biaya. "Kami juga akan meningkatkan efektivitas inspeksi sehingga dapat diketahui secara lebih dini sebelum alat rusak. Pada prinsipnya apabila kita bisa tekan angka kehilangan waktu operasi, kinerja kilang semakin baik dan produksi bisa sesuai target dan pada akhirnya pasokan BBM nasional semakin andal," tutur Toharso lewat siaran pers, Rabu (25/1). "Contoh seperti di Kasim operasinya biasanya hanya sekitar 120 hari dalam setahun. Kami ingin tingkatkan. Apabila masalahnya ketiadaan crude, kami akan bangun infrastruktur yang memungkinkan crude bisa masuk memenuhi kebutuhan feedstock RU VII Kasim di Sorong," ujar Toharso. Aspek keempat optimasi yang fokus pada upaya peningkatan yield valuable product menjadi 79 persen dari saat ini sekitar 74 persen. Pertamina juga menargetkan penurunan biaya operasi hingga menjadi hanya 3 dolar AS per barel. "Oleh karena itu kami akan kembali membuka peluang kerja baru untuk mengisi posisi-posisi engineer yang akan ditinggalkan oleh pekerja yang memasuki usia pensiun," kata Toharso. Aspek terakhir adalah Organisasi dan Pengembangan SDM. Perubahan organisasi pada Oktober 2016 melalui pembentukan Direktorat Pengolahan yang melahirkan kebutuhan formasi sumber daya manusia. Pertamina Didorong Revitalisasi Kilang Cegah Pembengkakan Kerugian | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Jakarta STC Komisi VII DPR RI mendorong PT Pertamina (Persero) melakukan revitalisasi terhadap kilang-kilang yang rusak dan tua. Peremajaan kilang menjadi hal krusial untuk segera dilakukan perusahaan pelat merah di bidang migas itu agar kerugian perseroan tak semakin membengkak. Revitalisasi kilang sudah menjadi program utama parlemen dengan Pertamina. Perhatian revitalisasi ditujukan pada kilang-kilang tua yang sudah 'lemah' untuk berproduksi lebih. Apalagi, kebutuhan masyarakat akan Bahan Bakar Minyak (BBM) terus meningkat. "Peremajaan (harus) banyak dilakukan di kilang-kilang tua seperti di Cilacap, Balikpapan, dan Cirebon," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Wira Yudha, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (25/1/2017). "DPR dukung upgrade kilang (Pertamina). Ini agar rugi besar Pertamina dari kilang tua dan banyak maintenance ada solusinya," ungkap Satya. Bila jumlah produksi tak bergerak dan bahkan mengalami penurunan, maka wajar bila pemerintah terus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurutnya, revitalisasi menjadi harga mati bagi Pertamina. Bila sudah dilakukan, diharapkan produksi migas akan meningkat dan mampu mengurangi impor. Di sisi lain, Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mengalami krisis kekurangan level manajer ke atas, utamanya untuk bidang kilang minyak. Hal ini yang mengganggu peningkatan produksi kilang minyak. Sementara itu, dDirektur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengaku akan melakukan penggantian peralatan agar upaya maintenance dapat dilakukan secara optimal. PT Rifan Financindo Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|