BPS akan mengumumkan tingkat inflasi Januari 2017 siang ini | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang BandungGubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan, meskipun level inflasi itu lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2016,0,47 persen, maupun inflasi periode yang sama tahun lalu, 0,51 persen, BI menilai tingkat harga masih terjaga. Pasalnya, secara tahunan, inflasi Januari hanya sebesar 3,21 persen (year on year/yoy). "Inflasi Januari masih terjaga dan masih sesuai target BI," tutur Agus saat ditemui di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Selasa (31/1) malam. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan tingkat harga bulan Januari 2016 akan mengalami inflasi sebesar 0,69 persen (month-to-month/mom). Sementara ekonom memprediksi inflasi bisa tembus di atas prediksi bank sentral. Sumber inflasi bulan lalu berasal dari kenaikan tarif pengurusan surat kendaraan bermotor, penyesuaian tarif dasar listrik golongan 900 volt ampere(VA) cabai rawit dan daging ayam. Di sisi lain, Ekonom Bank Permata Josua Pardede meramalkan inflasi Januari sebesar 0,72 persen (mom) mom atau 3,24 persen (yoy). Sementara, komoditas yang harganya turun antara lain cabai merah, bawang merah dan tomat sayur. Di sisi lain, inflasi harga bergejolak cenderung stabil pada akhir bulan Januari, setelah sebelumnya tren beberapa harga komoditas pangan cenderung meningkat seperti cabe merah. Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan tingkat inflasi Januari 2017 pada pukul 11.00 siang ini. Hal sama juga terjadi pada inflasi inti yang masih cenderung stabil di kisaran 3,08 persen (yoy) dari bulan sebelumnya, 3,07 persen (yoy). Kontributor utama inflasi Januari berasal dari harga yang diatur pemerintah antara lain kenaikan rata-rata harga Bahan Bakar Minyak non-subsidi sekitar 4 persen serta kenaikan biaya administrasi surat kendaraan bermotor. "Sementara, tarif listrik non-subsidi juga naik hampir 1 persen pada bulan Desember 2016, dampaknya pada inflasi Januari 2017 relatif kecil. Dampak kenaikan tarif listrik pada awal Januari 2017 baru akan terefleksi pada inflasi Februari 2017," kata Josua melalui pesan singkat. Prediksi Inflasi, Konsensus Bloomberg: Januari 2017 (MoM) Bakal Tembus 0,71 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung Konsensus ekonom memprediksi indeks harga konsumen atau inflasi bulanan Januari 2017 (month on month) ada di level 0,71%. Sementara itu, sebanyak 23 ekonom memprediksi inflasi tahunan Januari 2017 (YoY) ada di level 3,20%. Adapun, estimasi tertinggi di angka 3,60% dan estimasi terendah 2,90%. Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 12 ekonom, diprediksi inflasi Januari ada di level 0,71% (MoM). Adapun, estimasi tertinggi di angka 3,33% dan estimasi terendah 0,58%. Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memproyeksikan inflasi Januari 2017 meningkat menjadi 0,72% (mom) atau 3,24% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,02% (yoy). Inflasi didorong oleh kenaikan inflasi harga barang/jasa diatur pemerintah (administered prices) seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi sekitar 4% secara rata-rata dan kenaikan biaya administrasi surat kendaraan bermotor yang naik lebih dari 100%. Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengestimasi laju inflasi pada pekan pertama Januari 2017 sebesar 0,74% (month-to-month) atau 3,26% (year-on-year). Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia menuturkan hingga pekan keempat Januari 2017, survei yang dilakukan bank sentral menunjukkan laju inflasi sekitar 0,69%. Pada keseluruhan Januari 2017, dia memproyeksikan inflasi melaju hingga 0,7% (mom). “Pemicunya karena penyesuaian tarif listrik dan yang lainnya karena harga pangan bergejolak,” ucapnya. Sementara itu, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memperkirakan inflasi sepanjang Januari 2017 dapat melaju di atas 0,6% atau lebih tinggi dari Desember 2016 sebesar 0,42% dengan pendorong terbesar dari administered price. BI Prediksi Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,69 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi ada Januari 2017 akan berada di kisaran 0,69 persen. Kenaikan harga bahan pangan dan tarif tenaga listrik (TTL) masih menjadi penyumbang utama inflasi tersebut. Agus mengungkapkan, penyumbang utama inflasi di bulan pertama 2017 ini karena kenaikan 4 tarif atau harga, yakni kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), penyesuaian tarif tenaga listrik, mahalnya harga cabai rawit dan daging ayam. "Inflasi Januari ini diperkirakan 0,69 persen, sehingga inflasi tahunannya atau secara Yoy 3,21 persen," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo seperti ditulis Rabu (1/2/2017). Namun demikian, Agus menilai, perkiraan inflasi 3,21 persen secara Yoy di Januari masih terjaga dan dalam target BI yang dipatok 4 plus minus 1 persen. "Masih sesuai dengan target BI," ucap Mantan Menteri Keuangan itu. "Penyebab utama inflasi karena tarif STNK naik, tarif dasar listrik, cabai rawit, dan daging ayam. Sedangkan penyumbang deflasi atau yang menghambat inflasi adalah cabai merah, bawang merah, dan tomat sayur," terangnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung. Menurutnya, hingga akhir pekan lalu, tingkat inflasi terpantau di angka 0,69 persen. Berpatokan pada angka tersebut, inflasi keseluruhan pada Januari 2017 diperkirakan tidak akan jauh bergerak. Faktor yang masih berkontribusi beras terhadap inflasi di awal tahun ini adalah TTL dan harga pangan. Terutama untuk jenis sayuran seperti cabai rawit merah yang harganya melonjak tajam sejak akhir tahun lalu. "Ya itu (TTL) kan sudah pasti lah ya. Yang lain volatile food," kata dia. "Masih 0,69 persen di pekan ke-4 sama dengan hari Jumat kemarin. Di Januari sekitar 0,7 persen lah," ujar dia. Dengan pencabutan ini, maka golongan pelanggan tersebut akan mengalami kenaikan tarif listrik secara bertahap setiap 2 bulan, yaitu pada Januari 2017, Maret 2017, Mei 2017 dan pada 1 Juli 2017 yang akan disesuaikan bersamaan dengan 12 golongan tarif lainnya. "TTL kan akan berlangsung 3 kali, Januari, Maret sama Mei. Tentu saja dampak TTL masih akan terus ada kalau itu terus (dinaikan). Kan kenaikannya kan samai ke harga keekonomiannya kan, itu dilakukan 3 kali. Jadi setiap Januari, setiap Maret, Mei akan seperti itu," tandas dia. Menurut Juda, TTL masih akan menjadi penyumbang inflasi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini karena adanya kebijakan pemerintah yang mencabut subsidi bagi golongan pelanggan 900 volt ampere (VA) untuk rumah tangga mampu (RTM). Sedangkan Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi memperkirakan inflasi akan menyentuh sekitar 0,6 persen MoM dan 3,1 persen Yoy. "Juga kenaikan harga barang yang diatur pemerintah, seperti tarif dasar listrik memberi sumbangan ke inflasi Januari sebesar 0,1 persen, STNK 0,2 persen, dan BBM 0,1 persen. Sisanya sumbangan inflasi dari kenaikan harga pangan," tutur Eric. Pendorongnya, kata dia, karena kenaikan harga bahan-bahan pangan, terutama cabai akibat gangguan pasokan cabai di musim hujan. Selain itu, penyebab inflasi tinggi di bulan pertama karena meningkatnya permintaan untuk kebutuhan Tahun Baru Imlek. Rifanfinancindo Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|