Utang luar negeri Indonesia pada kuartal I/2018 tumbuh sebesar 8,7% | PT Rifan Financindo BerjangkaPerkembangan utang luar negeri total pada kuartal I/2018 pun diklaim tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal I/2018 yang tercatat stabil di kisaran 34%. "Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," tandasnya. Berdasarkan jangka waktu, sambung dia, struktur utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal I/2018 tetap didominasi utang berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total utang luar negeri. Bank Indonesia, tegas dia, berkoordinasi dengan pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang luar negeri dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. Perkembangan ini tidak terlepas dari kepercayaan investor asing atas SBN domestik yang masih tinggi antara lain ditopang peningkatan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Rating and Investment pada tanggal 7 Maret 2018," jelas dia. Adapun utang luar negeri swasta tumbuh melambat terutama dipengaruhi oleh utang luar negeri sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA). Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor pertambangan meningkat dan pertumbuhan utang luar negeri sektor keuangan relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya. Dia menuturkan, pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 72,2%, relatif sama dengan pangsa pada kuartal sebelumnya. "Utang luar negeri pemerintah pada akhir kuartal I/2018 meningkat USD3,8 miliar dari kuartal sebelumnya," kata Agusman di Jakarta, Selasa (15/5/2018). Menurutnya, peningkatan tersebut terutama bersumber dari penerbitan Global Sukuk sebesar USD3 miliar, yang di dalamnya termasuk dalam bentuk Green Bond atau Green Sukuk Framework senilai USD1,25 miliar sejalan dengan komitmen pendanaan hijau yang ramah lingkungan. Sementara di sisi SBN, investor asing masih mencatat net buy SBN pada kuartal I/2018. Selain untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kegiatan produktif dan investasi, utang luar negeri pemerintah juga digunakan untuk mendukung komitmen terhadap pendanaan hijau yang ramah lingkungan. Hingga akhir kuartal I/2018, utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar USD181,1 miliar yang terdiri dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) yang dimiliki oleh non-residen sebesar USD124,8 miliar dan pinjaman kreditor asing sebesar USD56,3 miliar. Utang luar negeri Indonesia pada kuartal I/2018 tumbuh sebesar 8,7% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 10,4% (yoy). Utang luar negeri di kuartal I/2018 menjadi sebesar USD358,7 miliar, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD184,7 miliar serta utang swasta sebesar USD174,0 miliar. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI)Agusman mengatakan, perlambatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut disebabkan oleh utang luar negeri sektor pemerintah dan sektor swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Utang Luar Negeri Tembus Rp 5.000 Triliun, Rasio Atas PDB Stabil 34% | PT Rifan Financindo BerjangkaDengan perkembangan tersebut, rasio utang luar negeri Indonesia tercatat di level 34,77%, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya 34,79%, tapi lebih tinggi dibandingkan kuartal I tahun lalu 34,42%. Menurut BI, rasio tersebut lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. “Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang luar negeri dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” demikian tertulis. Adapun sepanjang kuartal I 2018, utang luar negeri pemerintah tercatat meningkat US$ 3,8 miliar. “Peningkatan tersebut terutama bersumber dari penerbitan Global Sukuk sebesar US$ 3 miliar, yang di dalamnya termasuk Green Bond atau Green Sukuk Framework US$ 1,25 miliar,” demikian tertulis dalam Siaran Pers BI, Selasa (15/5). Di sisi lain, utang luar negeri swasta tercatat sebesar US$ 174 miliar atau naik 6,3% yoy. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2017 yang negatif 3,6% yoy. Utang luar negeri terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,5%. Adapun berdasarkan jangka waktu, utang luar negeri Indonesia masih didominasi yang berjangka panjang yaitu sebesar 86,1% dari total utang luar negeri. Secara rinci, utang luar negeri publik atau yang dimiliki pemerintah dan bank sentral tercatat US$ 184,7 miliar atau naik 11% yoy. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2017 yang sebesar 10% yoy. Adapun utang luar negeri yang dimiliki pemerintah terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki non-residen sebesar US$ 124,8 miliar dan pinjaman kreditur asing US$ 56,3 miliar. Utang luar negeri Indonesia terus naik dan menembus Rp 5.000 triliun per akhir Maret lalu. Meski begitu, rasio utang terjaga di kisaran 34% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Indonesia (BI) melansir utang luar negeri Indonesia sebesar US$ 358,7 miliar atau sekitar Rp 5.043 triliun pada akhir Maret 2018, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 357,19 triliun atau sekitar Rp 4.929,2 triliun. Jumlah tersebut naik 8,7% secara tahunan (year on year/yoy), lebih pesat dibandingkan pertumbuhan pada periode sama 2017 yang sebesar 2,9% yoy. ( Baca : Ini Penyebab Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp 5.000 T ) Utang Luar Negeri Pemerintah Naik, Swasta Melambat | PT Rifan Financindo BerjangkaSementara itu untuk pertumbuhan ULN sektor pertambangan meningkat dan pertumbuhan ULN sektor keuangan relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya. Bank sentral menyebutkan perkembangan ULN ini tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Ini terlihat dari rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2018 yang tercatat di kisaran 34%. Sementara itu berdasarkan jangka waktu, ULN Indonesia akhir kuartal I 2018 tetap didominasi ULN jangka panjang yang memiliki pangsa 86,1% dari total ULN. "BI bersama pemerintah terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN untuk mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian," jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman. Dia mencontohkan, untuk eksportir yang merupakan importir misalnya pengusaha sepatu untuk memenuhi kebutuhan ekspor namun ia juga membutuhkan impor untuk bahan baku. Pengusaha ini memiliki rekening bank di luar negeri dan pendapatan serta pembayarannya menggunakan dolar AS, sehingga ia tidak terpapar risiko kurs. "Nah pengusaha semacam ini tidak terpengaruh kurs yang naik turun, karena pendapatannya tetap dolar AS. Lalu mereka juga sudah punya invoice yang jelas untuk beli bahan baku atau jadwal ekspornya," ujar dia. Melambatnya pertumbuhan ULN swasta terjadi akibat sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas dan uap air panas. Pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan pada kuartal I 2018 tercatat 4,4% dan 19,3% lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Menanggapi hal tersebut Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menjelaskan jika dikonversi ke rupiah maka jumlah ULN akan mengalami peningkatan meskipun sebenarnya pertumbuhan melambat. "ULN itu sebenarnya dalam dolar AS, tapi kalau dikonversi itu ada efek dan selisih nilai tukarnya. Kelihatannya kurang bagus memang jadi naik," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Selasa (15/5/2018). Lana menjelaskan, melambatnya pertumbuhan utang ini terjadi karena sektor swasta yang mengerem laju penarikan utang dari luar negeri. Menurut dia, swasta tak berani mengambil pinjaman di tengah kondisi nilai tukar yang sedang berfluktuasi seperti ini. "Biasanya swasta tidak berani ambil utang, bank pemberi kreditnya juga tidak berani. Kecuali kredit modal kerja. Atau eksportir yang merangkap jadi importir," ujar dia. Bank Indonesia (BI) merilis data utang luar negeri (ULN) Indonesia kuartal I-2018 sebesar US$ 358,7 miliar atau setara dengan Rp 5.021 triliun. Jumlah ini tumbuh 8,7%. Pertumbuhan utang itu melambat jika dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 10,4%. Jumlah utang ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 184,7 miliar atau sekitar Rp 2.585 triliun. Kemudian untuk utang swasta tercatat US$ 174 miliar atau sebesar Rp 2.436 triliun. PT Rifan Financindo Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|