Harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar subsidi yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan harga seharusnya | PT Rifan Financindo BerjangkaDengan begitu, harga solar sesungguhnya Rp 8.350 per liter. Namun, pemerintah memutuskan harga solar subsidi tetap Rp 5.150 per liter, antara harga jual dan harga beli BBM Rp 3.200 per liter. Dengan selisih tersebut, selama Januari-Februari 2018, Pertamina menanggung kerugian sebesar Rp 3,9 triliun. Untuk diketahui, Premium dan Solar subsidi yang ditetapkan sejak April 2016 hingga kini mengacu pada harga minyak dunia pada kisaran US$ 44 per barel, sementara saat ini harga minyak dunia sudah berada di level US$ 60 per barel. "Kerugian biaya sampai Februari kita bicara 2018 secara formula potensial loss Januari hingga Februari Rp 3,9 triliun," tutur Iskandar. Harusnya Rp 8.600 per liter sementara harga penetapan Rp 6.450 per liter," kata Iskandar, saat rapat dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (19/3/2018). Untuk pembentukan harga solar mengacu pada formula 102,38 persen HIP minyak solar ditambah 900 per liter dikurangi subsidi Rp 500 per liter. PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar subsidi yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan harga seharusnya. Ini lantaran harga dua jenis BBM tersebut tidak disesuaikan meski harga minyak dunia naik. Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar mengatakan, jika mengacu formula pembentukan harga Premium 103,92 persen Harga Indeks Pasar (HIP) RON 88 ditambah Rp 830 per liter, ditambah 2 persen harga dasar seharusnya harga Premium Rp 8.600 per liter. Akan tetapi, pemerintah memutuskan harga Premium tetap Rp 6.450 per liter, untuk wilayah penugasan di luar Jawa, Madura, dan Bali. Dengan begitu, Pertamina menanggung selisih harga jual sebesar Rp 2.150 per liter. ( Baca : Kebijakan Solar dan Premium Dinilai Merugikan Badan Usaha ) Beroperasi Akhir 2018, Kilang Langit Biru Cilacap Memproduksi BBM Euro 4 | PT Rifan Financindo Berjangka"Kita mendistribusikan Euro 4 ini, karena proyek kilang Langit Biru Cilacap sudah jalan dua tahun," kata dia saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/3/2018). Menurut Massa, setelah ditingkatkan kehandalannya, Kilang Langit Biru Cilacap tidak lagi memproduksi BBM dengan kadar RON dan standar Euro rendah. "Dengan kilang Langit Biru Cilacap. Onstram Desember. Dengan begitu tidak bisa memproduksi BBM Euro rendah," jelas dia. PT Pertamina (Persero) menargetkan proyek fasilitas pengelolaan minyak (Kilang) Langit Biru Cilacap akan beroperasi pada akhir 2018. Infrastruktur tersebut akan memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin (gasoline) dengan standar Euro 4. Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, untuk memenuhi keinginan pemerintah atas penyaluran BBM berstandar Euro 4, adalah melalui peningkatan kehandalan Kilang Langit Biru Cilacap. Kilang ini akan menghasilkan BBM dengan kadar Research Octane Number (RON) 92 atau Pertamax berstandar Euro 4. Persoalan EURO IV dan Premium, Dirut Pertamina Mengaku Bingung | PT Rifan Financindo BerjangkaDia mengatakan, kalau semua kilang yang memproduksi BBM Euro IV sudah rampung, perseroan akan sepenuhnya memproduksi barang komersil. "Kami pun sudah mulai bisa melirik pasar regional karena kualitasnya sudah tinggi," ujarnya. Hal itu pun berpotensi membuat Indonesia impor BBM untuk kebutuhan RON88 karena kilang produksi Premium yang menipis. Massa pun mencatat kebutuhan BBM itu mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan pengadaan untuk kebutuhan itu dari lokal hanya sebesar 600.000 barel per hari. Lalu, sisa kebutuhan itu yakni, sebesar 1 juta barel per hari harus impor. Kilang Cilacap pun nantinya tidak bisa lagi memproduksi Premium jika proyek Langit Biru rampung. Pertamina pun mencatat perseroan sudah memiliki produk BBM EURO IV tersebut. Untuk itu, implementasi penggunaannya harus melakukan sosialisasi bersama dengan pemerintah juga. Massa mengatakan, pihaknya juga tengah merampungkan kilang Balikpapan. Nantinya, kilang Balikpapan itu juga tidak akan bisa memproduksi Premium lagi karena standarnya malah sudah EURO V. "Kami target kilang Balikpapan bisa rampung pada 2021 sampai 2022," ujarnya. Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengaku bingung dengan kondisi saat ini. Pasalnya, perseroan didorong untuk bersiap menuju BBM berkualitas EURO IV dengan minimum RON 91, tetapi masih ada penugasan BBM RON 88. "Nah, jelang Asian Games, kami diminta untuk mengimplementasikan BBM berkualitas IV di kota penyelenggaranya seperti Jakarta, Palembang, dan Jawa Barat. Kami pun merespons itu dengan mempercepat pembangunan kilang Langit Biru Cilacap, itu pun kemungkinan baru on stream pada Desember 2018," ujarnya pada Senin (19/3/2018). PT Pertamina (Persero) meminta konsistensi pemerintah terkait penggunaan Bahan Bakar Minyak. Pasalnya, penugasan penyaluran BBM Premium yang memiliki Ron88 itu berlawanan dengan peraturan Kementerian Lingkugan Hidup yang meminta bahan bakar sudah berkualitas EURO IV. Rifanfinancindo Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|