sesi pertama hari ini, IHSG ditutup anjlok 2,63 persen | PT Rifan Financindo Berjangka PusatOtoritas Jasa Keuangan (OJK) memanggil jajaran direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), seiring terjadinya kemerosotan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama dua hari ini. Sebanyak 47 saham menguat, 252 saham melemah dan 239 saham stagnan dari 538 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Tito, pemanggilan ini bersifat biasanya jika terjadi penurunan IHSG yang cukup kuat, dimana selama dua hari ini telah terjadi koreksi pada IHSG sekitar 6 persen. "Saya dipanggil nanti sama OJK jam 18.00 WIB bersama bank-bank besar," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Senin (14/11/2016). "Tugas BEI menginformasikan bahwa fundamental Indonesia baik, emiten bagus, ekonomi negara juga bagus. Jadi kita mau tukar menukar informasi," tutur Tito. Tercatat pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, IHSG ditutup anjlok 2,63 persen atau 137,71 poin ke level 5.094,26. "Memang turun saham-saham besar, tapi secara year to date saham-saham kita masih tumbuh, BBCA tumbuh 10,3 persen, Tlkom naik 27,5 persen," papar Tito. Bos BEI: Penurunan IHSG Tidak Mencerminkan Fundamental Pasar | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengakui terjadi gejolak di pasar modal beberapa hari belakangan. Terhitung dalam dua hari perdagangan hingga Senin (14/11/2016), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam, di atas 6 persen. Dia menyebutkan, penurunan IHSG lebih dikarenakan faktor psikologis pasar, yang saat ini tengah mengalami ketidakpastian dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Tito menjelaskan, dalam sembilan bulan, kapitalisasi saham-saham yang memiliki market cap terbesar masih tumbuh 11,35 persen. Menurut Tito, penurunan IHSG tersebut tidak mencerminkan fundamental pasar modal Indonesia. "Secara psikologis benar terjadi "Trump's effect". Terjadi uncertainty (ketidakpastian). Dalam kondisi uncertainty ini orang bertindak janga pendek, sehingga high cost. Tetapi secara fundamental semua saham sebagai komoditas masih bagus," kata Tito di Jakarta, Senin. Kinerja mayoritas emiten bursa pada kuartal III juga terlihat lebih baik. Di sisi lain, dari makro ekonomi, Tito melihat program amnesti pajak juga mendukung perbaikan tata kelola fiskal Indonesia. Artinya, kata dia, dalam setahun atau 12 bulan diperkirakan pertumbuhannya mencapai 15 persen. "Domestik kita kuat sekali. Beberapa perusahaan growth setahun 15 persen. Kayaknya bursa negara lain enggak ada yang growth-nya setinggi ini. Message-nya apa? Fundamental perusahaan mesti baik. Perusahaan mesti untung, masih beroperasi dengan bagus. Itu yang menarik di Indonesia," kata Tito. Menurut Tito ada sejumlah penyebab yang menjadi faktor pendorong anjloknya IHSG, yang utamanya bermuara pada kemenangan Trump. Lantas, jika fundamental pasar Indonesia masih baik, apa yang menjadi penyebab longsornya IHSG? Sebagaimana diketahui, Trump mengalahkan rivalnya Hillary Clinton dalam pemilu Presiden AS yang berlangsung pekan lalu. Akselerasi belanja ini akan mendorong spending lebih cepat, dan menyebabkan kecenderungan inflasi di AS. Pertama, kata Tito, kemenangan Trump memberikan ketidakpastian pada pasar, utamanya terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral, Federal Reserve. Seperti diketahui, Trump berencana akan melakukan akselerasi belanja. Indikator kenaikan suku bunga ini sudah ditangkap oleh pasar, yang mana terlihat dari kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) sekitar 10 basis poin-12 basis poin dalam sepekan terakhir. Adapun cara untuk menangani ekonomi yang bergerak begitu cepat (inflasi tinggi), tentu yang paling efektif adalah dengan menaikkan suku bunga. Kedua, pasar masih wait and see kebijakan ekonomi Trump, yang mana pada saat kampanye condong ke arah proteksi dan inward looking. "Dan (kenaikan yield) ini merefleksikan akan terjadinya kenaikan suku bunga (Fed) dalam waktu dekat," kata Tito. "(Tapi) Saya menganggap ini semua masih dampak psikologis dan semacam rekonsiliasi dari kenaikan bursa kita yang sudah agak besar, ditambah persepsi terhadap, kata orang suku bunga Fed akan naik," ungkap Tito. Trump, kata Tito, mungkin saja akan merenegosiasi dagang dengan China. Kemungkinan ini ujungnya akan berimbas terhadap permintaan dari Indonesia. BEI Akui IHSG Anjlok karena Trump Effect | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, meskipun IHSG terjebak di zona merah, namun secara fundamental perekonomian Indonesia masih bagus dan kinerja emiten di pasar modal Tanah Air masih tumbuh 15 persen. Tito mengungkapkan, penurunan IHSG sebesar 6,04 persen sejak akhir pekan kemarin, hingga sesi I perdagangan hari ini, masih tetap menjadikan bursa saham domestik yang memiliki pertumbuhan tertinggi kedua di dunia, setelah Thailand. "Penurunan IHSG akibat Trump Effect hanya psikologi pasar," tuturnya. PT Bursa Efek Indonesia mengaku penurunan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan dalam dua hari terakhir, memang dipengaruhi sentimen global, di mana investor memandang terdapat ketidakpastian terhadap kebijakan dari presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. Di samping itu, Tito juga mengatakan, dampak negatif dari Trump Effect turut memengaruhi laju rupiah terhadap dolar AS, yang mengalami depresiasi dan pada akhirnya menekan laju IHSG. "Ada orang bilang, penurunan IHSG akibat pelemahan nilai tukar," ujarnya. Tito mengungkapkan, penurunan IHSG sebesar 6,04 persen sejak akhir pekan kemarin, hingga sesi I perdagangan hari ini, masih tetap menjadikan bursa saham domestik yang memiliki pertumbuhan tertinggi kedua di dunia, setelah Thailand. "Penurunan IHSG akibat Trump Effect hanya psikologi pasar," tuturnya. Lebih lanjut, dia mengungkapkan, fundamental ekonomi domestik yang membaik tercermin dari perbaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2016, serta terjaganya inflasi dan perbaikan sejumlah indikator makroekonomi lainnya. Dengan demikian, kata Tito, kondisi fundamental yang baik tersebut, seharusnya bisa mendorong investor untuk berinvestasi di saat IHSG menurun. "Jangan takut masuk pasar modal, kalau fundamental perusahaan memang bagus. Apalagi, di dalam negeri ekonominya stabil," ujarnya. "Fundamental emiten di bursa juga membaik, terutama untuk sepuluh emiten, yakni HMSP, TLKM, BBCA, UNVR, ASII, BBRI, BMRI, GGRM, ICBP dan BBNI. Selain itu, investor ritel kita juga melakukan pembelian terbanyak," tuturnya. Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|