SKB ke-12 dihadiri Duta Besar RI untuk Iran dan lebih dari 100 delegasi dari kedua negara | PT Rifan Financindo Berjangka Indonesia-Iran ingin memulihkan hubungan dagang ini setelah bertahun-tahun terhenti akibat sanksi yang diberikan kepada Iran. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dan Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Republik Islam Iran, Mahmoud Vaezi menggelar Sidang Komisi Bersama Ekonomi (SKB) Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan antar kedua negara. SKB ke-12 antara Indonesia dan Republik Islam Iran dihadiri Duta Besar RI untuk Iran, Octaviano Alimudin dan lebih dari 100 delegasi dari kedua negara yang terdiri dari pejabat tinggi pemerintahan serta sektor swasta. Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjadi tuan rumah pertemuan yang merupakan SKB pertama pasca implementasi kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Jadi kerja sama ekonomi dan perdagangan ini sudah agak lama tidak dilanjutkan. Perdagangan Indonesia-Iran tadinya cukup besar, tapi setelah Iran kena sanksi, pihak sana dan kita tidak bisa melakukan perdagangan karena tidak ada bank yang bisa menjalankan hubungan dagang itu," jelas Darmin. Darmin mengatakan, kerja sama ekonomi dan perdagangan Indonesia-Iran sempat vakum setelah Iran terkena sanksi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan negara-negara besar lainnya selama bertahun-tahun. Iran kemudian akhirnya bebas dari embargo maupun isolasi ekonomi tersebut pada tahun ini. Darmin menyebut, nilai perdagangan Indonesia dan Iran sebelum sanksi berlaku, sekitar US$ 2 miliar. Pasca terkena sanksi, kinerja perdagangan kedua negara semakin menyusut, sekitar lebih dari US$ 300 juta. Perundingan di SKB antara dua pihak dibagi ke dalam empat komite, yakni komite keuangan dan perbankan, komite perdagangan, komite industri dan investasi, komite energi dan infrastruktur serta kerja sama lainnya. Tindak lanjut dari kerja sama ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan bertolak ke Iran pada pertengahan Desember ini. Data Kemenko Bidang Perekonomian menunjukkan, total nilai perdagangan bilateral Indonesia-Iran pada 2015 mencapai US$ 273,1 juta. Trennya terus menurun sebesar 38,51 persen sejak 2011 yang tercatat sebesar US$ 1,8 miliar. "Jadi kita berharap dengan penandatanganan kerja sama ini dan disusul kunjungan Presiden ke Iran, bisa memulihkan perdagangan kita dengan Iran," harap Darmin. "Jadi buat kita penting untuk menaikkan kembali perdagangan kita. Apalagi dengan situasi negara-negara tujuan ekspor yang tidak terlalu menggembirakan, kerja sama ini penting sehingga dalam jangka pendek bisa meningkatkan ekspor ke Iran walaupun tidak besar-besar sekali," kata Darmin. Sementara sampai Agustus 2016, nilai perdagangan bilateral hanya mencapai US$ 150 juta atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 195 juta. "Iran juga tertarik investasi minyak, karena bagi Indonesia bagus bisa di back up suplai minyak jangka panjang. Kalau cuma kilang dibuat, tapi suplai jangka panjang tidak ada, dunia gonjang ganjing, kita bisa kena juga," tegas Darmin. Dia berharap, kinerja perdagangan Indonesia-Iran kembali pulih dalam 2 sampai 3 tahun ke depan. Potensi ekspor Indonesia ke Iran, minyak kelapa sawit, tekstil, pakaian jadi, dan produk industri lain. Sedangkan impor Indonesia dari Iran, diantaranya minyak mentah, gas, dan lainnya. Pemerintah juga melihat potensi yang menjanjikan pada kerja sama di sektor energi. Pertamina dan National Iranian Oil Company (NIOC) telah bekerja sama dalam suplai elpiji pada tahun ini sebesar 88.000 ton dan jumlahnya akan terus meningkat pada tahun depan. Kerja sama ini dapat ditingkatkan ke sektor-sektor lainnya, seperti minyak mentah, kilang, produk petrokimia dan lainnya di masa mendatang. "Pertamina yang punya rencana investasi yang tadinya sempat tertunda dengan Iran karena dia kan ladang minyak," ujar Darmin. Pada bidang investasi, berdasarkan catatan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Iran di Indonesia secara kumulatif dalam periode 2011-2014 sebesar US$ 6,3 juta dengan 16 proyek. "Sekarang kita hidupkan lagi perdagangan dengan Iran, dan perbankannya. Karena waktu ada sanksi bank kita tidak bisa menjalankan hubungan dagang itu," tutur Darmin. Menteri Iran Temui Darmin, Sampaikan Niat Investasi di Kilang Minyak dan Listrik | PT Rifan Financindo BerjangkaMenteri Komunikasi dan Teknologi Informatika Iran, Mahmoud Vaezi, datang ke Jakarta, menemui Menko Perekonomian, Darmin Nasution. Kedatangan Vaezi sekaligus menyampaikan niat investasi perusahaan Iran untuk masuk ke sektor minyak dan gas bumi (migas) dan kelistrikan. "Sebenarnya dari negara yang ada minyaknya, buat indonesia bagus juga. Sehingga itu bisa didukung dengan kontrak jangka panjang suplai minyak, iya kan. Jadi kan kalau cuma kilang minyak dibuat, tapi suplainya tidak ada kontrak jangka panjangnya, dunia gonjang ganjing kita bisa kena juga," kata Darmin, usai pertemuan di kantornya, Jakarta, Jumat (25/11/2016). Pada sektor migas, disampaikan fokusnya adalah kepada pembangunan kilang minyak. Ini bisa sekaligus mendorong kerja sama langsung jual beli minyak dengan Iran. Dari pihak Iran, kata Darmin, tidak menyebutkan nama proyek yang dimaksud. Selain itu, investasi lain yang diminati adalah proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Pemerintah pun menyambut keinginan tersebut dengan baik. Untuk investasi Indonesia ke Iran juga masih pada sektor migas. Hingga sekarang perusahaan yang berminat berinvestasi salah satunya adalah PT Pertamina (Persero). "Pertamina sebenarnya yang punya rencana investasi yang tadinya sempat tertunda ya memang ladang minyak," ujar Darmin. "Mereka bilang kalau masih ada diberi kesempatan untuk dia investasi di 35.000 MW itu banyak banget. Ya kan orang tahunya itu sudah habis. Habis dibagi kepada investor. Sehingga banyak pihak itu yang nyari-nyari. Banyak itu," terangnya. "Waktu sanksi itu memang perbankan nggak bisa ya. Sekarang akan kita hidupkan lagi, bidang perdagangannya kita hidupkan lagi, perbankannya pun kita hidupkan lagi," tukasnya. Pada bidang investasi, berdasarkan catatan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Iran di Indonesia secara akumulasi dalam periode 2011-2014 sebesar US$ 6,3 juta dengan 16 proyek. Sementara itu, untuk perdagangan, pemerintah akan mengoptimalkan beberapa produk andalan. Seperti crude palm oil (CPO), tekstil dan beberapa hasil industri lainnya. Ke depan aktivitas perbankan juga akan kembali dihidupkan. Nilai total perdagangan bilateral Indonesia-Iran pada 2015 mencapai US$ 273,1 juta, mengalami tren penurunan sebesar 38,51% sejak 2011 yang tercatat sebesar US$ 1,8 miliar. Sementara sampai bulan Agustus 2016, nilai perdagangan bilateral hanya mencapai US$ 150 juta atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar US$ 195 juta. Menko Darmin Harapkan Transaksi Perdagangan Melesat | PT Rifan Financindo Berjangka Nilai total perdagangan bilateral Indonesia-Iran pada 2015 mencapai 273,1 juta dolar AS, mengalami tren penurunan sebesar 38,51 persen sejak 2011 yang tercatat sebesar 1,8 miliar dolar AS. Sementara sampai bulan Agustus 2016, nilai perdagangan bilateral hanya mencapai 150 juta dolar AS atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar 195 juta dolar AS. Menurut Darmin kerjasama ini bisa memulihkan perdagangan kita dengan Iran. Apalagi dengan situasi di mana negara-negara tujuan ekspor tidak terlalu menggembirakan. "Buat kita ini penting untuk menaikkan kembali perdagangan kita, sehingga kita dalam waktu pendek ya meningkatkan ekspor kita ke Iran tidak besar-besar amat," tegasnya. Menko Perekonomian Darmin Nasution berharap dengan adanya Sidang Komisi Bersama Ekonomi (SKB) Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan antara Republik Indonesia dengan Republik Islam Iran, maka transaksi perdagangan Indonesia ke Negara tersebut akan meningkat. "Baru saja selesai memimpin sidang komisi bersama, yang ke-12 antara RI dan Iran yang meliputi bidang kerjasama ekonomi dan perdagangan. Nah, jadi ini memang sudah agak lama juga tidak dilanjutkan. Perdagangan Indonesia-Iran itu tadinya cukup besar ya, tapi setelah kena sanksi, kemudian banyak pihak dari sana maupun Indonesia, kemudian tidak bisa melakukan perdagangan itu karena tidak ada bank yang bisa menjalankan hubungan dagang itu,” kata Menko Perekonomian di Jakarta, Jumat (25/11/2016). "Saya berharap dalam 2-3 tahun ini bisa pulih kembali. Yang pertama kalau dari kita pasti palm oil. Kemudian ada beberapa produk, bisa tekstil, bisa pakaian, bisa industri, produk industri. Kalau dari mereka itu banyak urusan minyak,” tegasnya. Darmin menambahkan, peningkatan perdagangan bisa diharapkan pulih kembali setelah 2-3 tahun mendatang. Sementara barang yang akan diekspor ke Iran ini rencananya terutama palm oil, tekstil. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|