(BI) menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih melemah | PT Rifan Financindo BerjangkaKalau terlambat itu kita behind the curve (lebih terlambat dari yang lain), tetapi toh kami lakukan itu dengan hitung dampak ke inflasinya ganggu atau tidak. Itu kami lihat terus sampai assessment terakhir masih tunjukkan suku bunga belum harus segera naik, kecuali di pekan lalu kami assessment, di situ kami naikkan,” jelasnya. Oleh karena itu, menurut Dody, pelemahan rupiah ini sepenuhnya akibat tekanan dari global yang masih kuat. Sebab, data dari AS sendiri menunjukkan bahwa ekonomi di sana tumbuhnya cukup tinggi. Kedua, ada juga pelemahan euro sehingga memperkuat dollar AS. “Jadi, gambaran ini menunjukkan bahwa kondisi global menarik pelemahan mata uang regional termasuk Indonesia. Kami tentunya, tidak bisa melawan mekanisme pasar,” kata Dody. Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, porsi kenaikan suku bunga BI tidak terkait dengan melemahnya rupiah. Saat ini, BI terus mempelajari bagaimana perkembangan di pasar. “Kalau itu sebabkan instabilitas terus berlanjut, kami bisa lakukan upaya langkah-langkah yang lebih kuat,” ucapnya. Keputusan menaikkan suku bunga 25 bps beberapa waktu lalu, menurut Dody, melihat pengaruh dari nilai tukar kepada inflasi. Kenaikan suku bunga tidak bisa dikatakan terlambat. Tidak (kurang). Kami melihat sekarang ini dengan menaikkan 25 bps, didukung bauran kebijakan yang lain, ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia,” ujar Agus di kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (21/5) malam. Usai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih melemah. Senin (21/5), rupiah sempat menyentuh Rp 14.200 per dollar AS. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal. Dengan demikian, dalam hal ini porsi kenaikan suku bunga BI-7DRR tidak kurang, Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Mampu Selamatkan Rupiah, Ini Kata Gubernur BI | PT Rifan Financindo BerjangkaAgus menambahkan, kenaikan suku bunga oleh BI memang tidak langsung berdampak pada nilai tukar mata uang. Karena selain kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan BI, perekonomian dunia juga menjadi faktor penting yang memengaruhi nilai tukar mata uang negara. "Namun tentu kita tidak bisa lepas dengan kondisi nilai tukar mata uang dunia lainya khususnya USD," ucapnya. Dirinya juga menyakini jika nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan segera menguat dan stabil. Apalagi BI juga bersama pemerintah sudah mengeluarkan kebijakannya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap dolar. "Ini (kenaikan suku bunga) konsisten untuk menjaga sistem keuangan Indonesia di tengah situasi dunia yang penuh ketidakpastian," jelasnya. Artinya, pihaknya tidak akan secara cuma-cuma menaikan suku bunga acuan, karena menurutnya, suku bunga acuan sudah dipertimbangkan secara matang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa waktu lalu. Apalagi lanjutnya, kenaikan suku bunga juga didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Seperti dengan melakukan intervensi-intervensi di pasar saham valuta asing. "Kalau dilihat kondisi Rupiah melemah kenaikan suku bunga kurang maksimal? Kalau kita enggak. Kita melihat sekarang ini dengan menaikan 25 basis poin didukung bauran kebijakan lain," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/5/2018). Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25% dirasanya sudah tepat untuk menstabilkan sistem keuangan Indonesia. Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menaikan suku bunganya sebesar 25 basis poin atau 0,25% ternyata menimbulkan banyak pertanyaan dari publik. Pasalnya, meskipun suku bunga sudah dinaikkan, namun nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus melemah. Seperti diketahui, pada perdagangan kali ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terus mengalami pelemahan. Tercatat, nilai tukar Rupiah terhadap dolar menyentuh level baru yakni Rp14.202 per USD. ( Baca : Jasa Marga Jamin Pemudik Tidak “Dipalak” di Rest Area ) Dinilai Sudah Tepat, Suku Bunga Acuan BI Diperkirakan Bakal Naik Lagi | PT Rifan Financindo BerjangkaKetika itu Indonesia memang pantas disebut sebagai Fragile-5 country karena mempunyai defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) sebesar 4,4 persen dari PDB, inflasi di atas 7 persen yoy karena pemerintah menaikkan harga BBM rata-rata 40 persen, yang mendorong BI menaikkan BI rate sebesar 200 bps. "Kondisi makroekonomi Indonesia saat ini berbeda dengan periode taper tantrum tahun 2013 tersebut, karena CAD berada di kisaran 2 persen dari PDB, inflasi berada di bawah 4 persen yoy, dan pemerintah tidak berencana untuk menaikkan harga BBM dan tariff listrik sepanjang tahun 2018-2019," ujar Winang. Menurut dia, kondisi ini memperlihatkan Indonesia sudah tidak tepat dipersepsikan sebagai bagian dari Fragile-5 countries. Sebagai informasi, dalam pertemuan bulanannya tanggal 16-17 Mei 2018 Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan 7Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen. Seiring dengan kenaikkan ini, BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility (DF) menjadi 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility (LF) menjadi 5,25 persen. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali setelah sejak bulan September 2017 BI mempertahankan suku bunga acuannya,dan tidak berubah pada level 4,25 persen. "Akibatnya investor global melakukan penyesuaian alokasi portfolio mereka baik antar kelas aset (berubah dari saham ke obligasi) maupun antar negara (keluar dari negara berkembang dan kembali masuk ke AS)," lanjutnya. Sehingga banyak dana asing yang keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, dan berujung pada melemahnya mata uang negara berkembang. Jika dihitung dari awal tahun sampai dengan pertengahan Mei 2018, nilai rupiah terdepresiasi sebesar 3,19 persen, dan sebenarnya bukan yang terburuk di antara negara berkembang. Pelemahan rupiah masih lebih rendah daripada peso Filipina (PHP), rupee India (INR), lira Turki (TRY), dan real Brasil (BRL). Namun masalah muncul ketika investor global masih menganggap Indonesia sebagai bagian dari Fragile-5 countries (Afrika Selatan, Brasil, India, Indonesia, Turki) seperti kondisi sewaktu terjadi taper tantrum tahun 2013. Hal ini penting karena faktor pendorong ketidakpastian berasal dari faktor global, terutama dari Amerika Serikat (AS). Sehingga meskipun banyak yang berargumen bahwa suku bunga yang rendah masih dibutuhkan Indonesia, namun kenaikan suku bunga acuan diperlukan untuk menunjukkan keseriusan BI menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Selain itu rupiah mengalami tekanan di minggu terakhir bulan April 2018 ketika yield dari US Treasury 10 Years (UST 10Y) menembus level 3 persen, level tertingginya selama 4 tahun terakhir. Kenaikan itu didorong oleh prediksi bahwa Bank Sentral AS (the Fed) akan lebih cepat dan lebih tinggi dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) meyakini Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis point (bps) pada tahun 2018. Chief Economist BTN Winang Budoyo mengatakan, kesiapan BI untuk menempuh langkah-langkah yang lebih kuat untuk memastikan stabilisasi makroekonomi dapat diartikan BI akan menggunakan alat kebijakan moneter. "Sehingga dapat dikatakan BI akan kembali menaikkan suku bunga di tahun 2018 ini," jelasnya melalui keterangan resminya yang diberikan kepada Kompas.com, Selasa (22/5/2018). Lebih lanjut dirinya mengatakan, langkah BI untuk meningkatkan suku bunga pada Kamis (17/5/2018) lalu sudah tepat. Sebab, dengan kenaikan ini BI berusaha memberikan sinyal positif bagi investor asing bahwa BI tetap menjaga kestabilan makroekonomi Indonesia, terutama dalam menjaga nilai fundamental dari rupiah. PT Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|