pencapaian pajak dari Januari-Oktober 2016 mencapai Rp 870,95 triliun | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang BandungDirektur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan DJP Yon Arsal mengatakan, raihan tersebut sebanyak 64,27 persen dari total target pemerintah Rp 1.355,2 triliun. Dia mengatakan, pencapaian pajak non migas sebesar Rp 842,98 triliun. Raihan itu sebanyak 63,92 persen dari target. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pajak pada bulan Oktober 2016 sebesar Rp 78,5 triliun. Secara tahun berjalan Januari-Oktober 2016 atau year to date (ytd) mencapai Rp 870,95 triliun. Dia mengatakan, pencapaian pajak non migas sebesar Rp 842,98 triliun. Raihan itu sebanyak 63,92 persen dari target. Jika dibanding tahun lalu, capaian ini dianggap lebih baik. Dia bilang, pada tahun lalu persentasi total pajak sekitar 59,39 persen dan pajak non migas 58,24 persen. Sementara, realisasi PPN pada Oktober ialah Rp 307,27 triliun. "Penerimaan rutin sebagaimana normalnya November, Desember cenderung meningkat. Pencairan anggaran pemerintah walaupun sudah dipajak di awal tetap dominan, termasuk extra effort tax amnesty kan belum selesai" tandas dia. "Memang lebih baik, tapi tidak bisa dibungkiri ini kontribusi tax amnesty yang kemarin uang tebusan per September dapat Rp 94 triliun ," jelas dia Dia mengaku optimistis target pajak tahun bakal tercapai. Menurut dia, kekurangan penerimaan pajak akan tertutupi dari penerimaan rutin serta masih berjalannya tax amnesty. 'Negara Lain Iri Lihat Perekonomian Indonesia' | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung Dengan pertumbuhan ekonomi 4,7 persen pada 2015, Bank Dunia mencatat kemampuan daya beli (purchasing power parity/PPP) termasuk delapan besar terbaik dunia, mengalahkan Inggris dan Prancis. "Ini yang menyebabkan negara-negara lain iri kepada Indonesia. Negara kita punya sumber daya alam melimpah, dan saat ini Indonesia menjadi negara kepercayaan konsumen nomor tiga di dunia," ujar Gatot usai menjadi pembicara dalam Rapat Pimpinan Nasional X Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan di Jakarta, Senin (7/11). "Ke-bhineka tunggal ika-an kita yang digoyang karena itu cara bagi negara lain bisa masuk ke Indonesia seperti yang dilakukan di Libya, Iran, dan Suriah sekarang ini," kata dia. Berkaitan dengan potensi kerawanan tersebut, Panglima berharap ekonomi Indonesia bisa lebih diperkuat terutama dari sektor pajak. Ia mengimbau seluruh pegawai pajak terutama kepala kantor pajak, eselon 2 dan eselon tiga, agar memahami situasi dan ancaman terhadap bangsa ini, juga bagaimana cara menyikapi kerawanan tersebut. "Saya berharap para pegawai pajak bisa bekerja lebih keras karena urat nadi kehidupan bangsa ini 72 persen di tangan (pegawai) pajak, sehingga kita bisa membangun lebih baik lagi," tutur Gatot. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa banyak negara iri terhadap perekonomian Indonesia yang terus menguat, di tengah krisis perekonomian dunia. Stabilnya situasi ekonomi di Tanah Air, menurut Panglima, berpotensi memunculkan ancaman dimana negara lain akan berlomba-lomba mengusik kesatuan dan persatuan bangsa untuk menghancurkan ekonomi dari dalam negeri. Ken menegaskan dirinya akan terus berupaya meningkatkan peran sektor pajak dalam mendorong perekonomian nasional, dengan mengejar potensi pajak dari berbagai sektor. "Pokoknya yang merupakan objek pajak ya (harus) bayar lah. Kan ada subjeknya, objeknya, tarif dan tata cara pembayaran, maka harus diselesaikan," ujar dia. Dirjen Pajak Ken Dwijugisteadi membenarkan pernyataan Panglima TNI bahwa Indonesia menjadi ancaman bagi negara lain, terlebih setelah penerapan amnesti pajak sejak Juli 2016. "Bayangkan saja dengan adanya amnesti pajak dolar Singapura dan dolar AS turun. Kalau ekonomi Indonesia kuat kan negara lain takut," ungkapnya. Dirjen Pajak Akui Kekayaan Indonesia Jadi Rebutan Negara lain | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Bandung Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Ken Dwijugiasteadi mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa, salah satunya kekayaan alam. Hal ini bisa berpotensi menjadi ancaman bagi negara lain untuk diperebutkan. "Makanya kami meminta pak Gatot Nurmatyo untuk datang ke Ditjen pajak memberikan wawasan bagaimana pengamana yang dilakukan oleh TNI. Sebab, tidak semua fungsi bisa dilakukan oleh Ditjen Pajak dalam mengawal penerimaan negara, salah satunya fungsi militer," kata Ken di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (7/11/2016). Untuk menjaga agar penerimaan negara Indonesia tetap berjalan dengan baik, pihaknya menggandeng aparat keamanan terutama TNI untuk menjaga kekayaan Indonesia. Hal senada pun dikatakan Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengatakan saat ini negara-negara di dunia tengah iri atas keberhasilan Indonesia dalam menjaga perekonomian dan mengatur strategi di tengah gejolak ekonomi global. Hal ini bisa menjadi ancaman tersendiri bagi pemerintah. "Hal ini tentu membuat mereka iri. Kita punya kekayaan alam yang luar biasa. Kemudian energi itu bisa diolah dan saat indonesia menjadi negara yang menjadi kepercayaan konsumen nomor 3 di dunia. Kelebihan ini lah yang menjadi ancaman. Dan sekarang Indonesia diperebutkan dari berbagai lini," katanya. Selain itu, lanjut Gatot, pihaknya meminta kepada seluruh pejabat di Ditjen Pajak untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi negara. Pasalnya, negara-negara di Internasional tengah mengalami perlambatan baik dari sisi penerimaan, ekspor maupun impor. Namun, Indonesia masih bisa mengalami pertumbuhan 4,7 persen pada 2015. "Sekarang kan sudah tahu situasinya, tahu bagaimana menyikapinya, dan bisa lebih bekerja keras lagi. Karena urat nadi kehidupan bangsa ini 72 persen di tangan pajak sehingga bisa membangun lebih baik lagi," kata Gatot. Oleh sebab itu, Gatot mengatakan, agar Indonesia tetap bisa mengalami pertumbuhan tanpa takut adanya ancaman dari negara lain, pihaknya telah berkomitmen menjaga kekayaan alam Indonesia. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|