Perolehan laba dilaporkan sebesar US$ 2,83 miliar pada Q3 2016 | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Surabaya Pemberhentian Direktur dan Wakil Direktur Utama Pertamina secara terhormat melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 3 Februari 2017 mengejutkan sejumlah pihak, internal maupun eksternal. Selain mendadak, pemberhentian itu dilakukan ketika pimpinan Pertamina tersebut justru mampu membawa badan usaha milik negara kebanggaan Indonesia ini mencatatkan kinerja yang sangat baik. Baca juga: Pasar Saham AS Menguat Didukung Data Ekonomi dan Laporan Laba Dalam lingkup korporasi, pergantian pimpinan merupakan hal biasa. Pemegang saham berwenang penuh mengganti pimpinan perusahaan jika dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan, dinamika, dan arah kebijakan perusahaan. Karena itu, meski terkesan mendadak, pemberhentian itu kemungkinan telah melalui pertimbangan pemerintah sebagai pemegang saham. Pertamina dapat membukukan laba yang tidak hanya positif, tapi juga meningkat signifikan di tengah penurunan harga minyak. Sampai kuartal ketiga 2016, perolehan laba dilaporkan sebesar US$ 2,83 miliar, tumbuh 209,3 persen dari tahun sebelumnya. Laba tersebut melampaui perolehan laba perusahaan minyak negara Malaysia, Petronas, yang turun hingga 48,6 persen. Pemerintah menyampaikan bahwa pemberhentian itu dilakukan karena adanya masalah kepemimpinan. Nomenklatur baru pada struktur Pertamina, yaitu keberadaan Wakil Direktur Utama yang efektif sejak 20 Oktober 2016, disebut sebagai sumber permasalahan. Meskipun memiliki tujuan positif, dalam perkembangannya, posisi wakil itu dinilai memicu permasalahan kepemimpinan. Dewan Komisaris Pertamina, yang mengusulkan nomenklatur tersebut, menilai sistem Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama tidak tepat, memicu masalah kepemimpinan akut, dan berpotensi mengancam kestabilan internal Pertamina. Hal ini kemudian menjadi dasar Dewan Komisaris mengusulkan penghapusan posisi wakil tersebut. Keberadaan wakil itu dimaksudkan untuk mengakomodasi tugas Pertamina yang semakin besar. Pertamina akan melaksanakan sejumlah tugas besar, seperti pembangunan megaproyek dengan nilai investasi tidak kurang dari Rp 700 triliun, penambahan kapasitas dan revitalisasi kilang, sebagai pelaksana public service obligation (PSO), mewujudkan BBM satu harga, melaksanakan program penghiliran, melaksanakan program holding BUMN migas, dan ekspansi usaha ke luar negeri. Keputusan pemberhentian direktur utama dan wakilnya tersebut hendaknya dihormati dan polemik yang ada segera diakhiri. Akan jauh lebih produktif jika para pihak, khususnya internal Pertamina, kembali berfokus mencapai target-target perusahaan. Kebutuhan figur CEO plus juga diperlukan untuk mencapai target yang tidak ringan. Target itu, di antaranya, adalah melakukan efisiensi di segala lini, peningkatan kinerja operasi, memastikan realisasi investasi tepat waktu dan sasaran, serta menyiapkan sumber daya manusia yang andal. Dalam jangka pendek, paling lambat 30 hari sejak keputusan diambil, fokus dan tugas utama pemegang saham adalah mencari dan menetapkan Direktur Utama Pertamina definitif. Namun menemukan figur yang tepat untuk memimpin perusahaan negara dengan pendapatan sekitar 60-65 persen dari total penerimaan APBN (ketika harga minyak tinggi) ini bukanlah perkara mudah. Pertamina tidak hanya memerlukan figur CEO terbaik, tapi juga memerlukan figur CEO plus. Pemimpin Pertamina harus memiliki kemampuan komunikasi lintas sektor yang baik, termasuk dengan DPR sebagai salah satu mitra kerjanya. Tahun ini, Pertamina menaikkan target produksi, baik untuk minyak, gas, maupun panas bumi. Target produksi migas naik menjadi 669 barel setara minyak per hari, terdistribusi atas 333 ribu barel minyak per hari dan 2,08 bscfd gas. Adapun target kapasitas panas bumi meningkat dari 512 megawatt menjadi 617 megawatt. Pertamina juga menetapkan lima prioritas strategis yang terukur sampai 2025, yang meliputi pengembangan sektor hulu, efisiensi di semua lini, peningkatan kapasitas kilang dan petrokimia, pengembangan infrastruktur dan pemasaran, serta perbaikan struktur keuangan. Maka, tugas Pertamina tahun ini dan tahun-tahun mendatang tidaklah mudah. Prioritas strategis dan target kinerja operasi yang ditetapkan tersebut mustahil dapat dijalankan jika Pertamina tidak dihindarkan dari kegaduhan internal maupun eksternal. Pertamina perlu diberi ruang yang cukup agar target tersebut dapat direalisasikan. Meskipun relatif sulit dihindari, intervensi politik kepada Pertamina harus diminimalkan. Sebagai pemegang saham, pemerintah harus tegas dan jelas memisahkan mana yang menjadi wilayah kewenangan, fungsi, dan tugas korporasi (Pertamina) dan pemerintah. Jika pemisahan tersebut tidak dapat dilakukan, visi Pertamina untuk "Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia" akan sulit untuk direalisasikan. Target kinerja operasi untuk tahun 2025 juga telah ditetapkan yang, di antaranya, adalah produksi minyak dan gas menjadi 1,81 juta barel setara minyak per hari, kapasitas panas bumi menjadi 2.267 GW, kapasitas kilang menjadi 2 juta barel per hari, jumlah SPBU menjadi 8.150 unit, dan stok operasional BBM menjadi sekitar 30 hari. Legislator: Posisi Direktur Utama Pertamina Sebaiknya dari Internal | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Surabaya Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyarankan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) definitif sebaiknya berasal dari internal perusahan dan merupakan orang yang ahli di sektor migas. Hal itu penting dilakukan agar kinerja Pertamina bisa lebih maksimal di masa mendatang. Selain itu, Direktur Utama Pertamina juga harus seseorang yang paham benar tentang seluk beluk dunia migas. Kriteria itu disebutkan agar transisi kepemimpinan perusahaan dimaksud berjalan mulus dan tidak memakan waktu lama. Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha. Satya berharap Direktur Utama perusahaan pelat merah tersebut adalah orang yang menguasai korporasi dan memahami strategi manajemen. "Kita berharap bahwa direktur utama definitif itu adalah orang yang menguasai korporasi, strategic korporasi, strategic management. Lebih bagus lagi jika orang itu yang memiliki latar belakang dari migas, supaya transisinya tidak terlalu lama," kata Satya, kepada Metrotvnews.com, di JCC, Jakarta, Selasa (7/2/2017). "Kalau mendapatkan orang yang memiliki background migas yang bagus kan sangat-sangat membantu," ujar Satya. Komisi VII DPR RI rencananya akan memanggil Kementerian BUMN pada Rabu besok terkait dengan pencopotan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang. Adapun beberapa nama yang beredar menjadi pengganti Dwi Soetjipto adalah Yenni Ndayani, Syamsu Alam, Rachmad Hardadi, Ahmad Bambang, dan Budi Gunadi Sadikin. "Untuk dirut supaya orang dalam yang ngerti tentang migas, yang bisa mengakar ke bawah. Kalau masuk lagi yang lain, nanti tidak bisa mengakar," ujar Inas. Kriteria sama diungkapkan Inas, ia menyebutkan, supaya Direktur Utama Pertamina adalah orang internal yang bisa mengayomi perusahaan dan menjadi kekuatan di badan perusahaan dan bukan orang dari luar Pertamina. Categories
1 Comment
lady mia
9/23/2017 02:44:28 pm
KABAR BAIK!!!
Reply
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|