Oxfam dan INFID luncurkan laporan ketimpangan menuju indonesia yang setara | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat Dalam rangka mendorong upaya pemerintah Indonensia menghapuskan kesenjangan, sebagai salah satu angenda prioritas yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, Oxfam Indonesia (Oxfam) dan International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) menerbitkan laporan ketimpangan di Indonesia dengan judul “Menuju Indonesia yang Lebih Setara” pada Kamis, (23/20). Dalam draft ini juga dijelaskan, Indonesia memiliki tingkat kesenjangan yang terburuk keenam di dunia, kekayaan empat orang terkaya di Indonesia adalah sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Melebarnya kesenjangan antara orang kaya dan dengan kelompok masyarakat miskin adalah ancaman serius kesejahteraan rakyat Indonesia kedepan. Jika hal ini diabaikan, maka upaya keras pemerintah menurunkan kemiskinan akan mengalami hambatan yang berimbas pada ketidak stabilan perkonomina masyarakat Penerbitan draf ini sebagai upaya memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah terhadapat penurunan ketimpangan di Indonesia. Dalam laporan tersebut terdapat rekomendasi bagi pihak pemerintah dan swasta untuk memastikan komitmen serta upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menurunkan ketimpangan. "Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menanggapi ketimpang-ketimpang tersebut, mengatakan akan terus melakukan perbaikan melalui proses Budgeting, sistem pajak dan lain-lain" katanya saat di wawancarai Direktur INFID, Sugeng Bahagijo mempertegas, “Laporan ini intinya menghimbau Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan dua hal besar mengatasi ketimpangan ekstrem. Pertama, memperbaharui kebijakan pajak di Indonesia, sesuai dengan potensi ekonomi Indonesia dan prinsip pembagian beban dan manfaat yang adil. Kedua memulihkan dan memberikan penekanan yang lebih atas pembangunan sumber daya manusia dan ketenagakerjaan". Oxfam dan INFID mengapresiasi komitmen dan upaya Pemerintah sejauh ini untuk mengatasi ketimpangan. "Kami berharap laporan ini dapat mendukung pesan betapa penting dan mendesaknya penurunan ketimpangan,” ujar Dini Widiastuti, juru bicara Oxfam Harta 4 Milyuner Indonesia Lebih Banyak Dari Harta 100 Juta Warga Miskin | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat Berdasarkan riset Oxfam yang dirilis di laman resminya (Kamis, 23/2/2017), dalam 20 tahun terakhir kesenjangan antara yang kaya dengan penduduk lainnya di Indonesia telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara lainnya di Asia Tenggara. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi yang paling parah di dunia. Peringkat kesenjangan ekonomi di Indonesia pun berada di posisi enam terburuk di dunia. Bayangkan saja, empat orang terkaya di Indonesia memiliki nilai kekayaan lebih banyak dibandingkan dengan harta 100 juta orang termiskin di tanah air. Baca: Riset Oxfam: Cuma 1 Perempuan dalam Daftar 50 Orang Terkaya Dini Widiastuti, juru bicara untuk Oxfam di Indonesia, menyatakan bahwa kesenjangan ekonomi di Indonesia mencapai tingkat krisisnya. “Jika dibiarkan, kesenjangan besar antara yang kaya dan miskin berpotensi merusak perlawanan terhadap kemiskinan, memperburuk instabilitas sosial, serta menghambat pertumbuhan ekonomi,” tuturnya. Organisasi nirlaba berbasis di Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi tersebut memaparkan sejumlah faktor penyebab kesenjangan ekonomi di Indonesia. Ketidaksetaraan gender, salah satu bentuk ketimpangan yang sejak lama menjadi isu, turut menjadi penyebab sekaligus akibat dari kesenjangan ekonomi. Fundalisme pasar yang diperkenalkan pasca krisis finansial pada 1997 telah menghasilkan perekonomian yang memungkinkan orang kaya meraup bagian keuntungan terbesar dari pertumbuhan ekonomi. Faktor lainnya termasuk tingkat upah yang murah, ketimpangan akses antara pedesaan dan perkotaan, serta sistem perpajakan yang gagal mendistribusikan kembali kekayaan. Empat orang terkaya di Indonesia, dipimpin oleh kakak beradik Budi dan Michael Hartono, diketahui mengendalikan aset senilai US$25 miliar yang kira-kira setara dengan nilai kekayaan 40% warga miskin dari total populasi penduduk Indonesia sebesar 250 juta orang. Padahal, Presiden Joko Widodo terus mengumandangkan komitmennya untuk melawan kesenjangan ekonomi yang dianggap membahayakan. “Sejak 2000, pertumbuhan ekonomi telah mulai di Indonesia. Namun, manfaat pertumbuhan belum tersebar secara merata dan jutaan orang telah tertinggal khususnya wanita,” papar Oxfam dalam laporannya. Ketimpangan ekonomi di RI terburuk keenam sedunia | PT Rifan Financindo Berjangka Pusat Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai cukup stabil dan proporsi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan ekstrim telah berkurang menjadi sekitar 8%. Namun, Oxfam dan INFID menilai, capaian pertumbuhan ekonomi tersebut belum diimbangi dengan pembagian pendapatan yang lebih merata. Oxfam Indonesia dan International NGO Forum on Indonesia Development (lNFlD) dalam laporannya yang berjudul “Menuju Indonesia yang Lebih Setara”, mencatat peringkat ketimpangan ekonomi Indonesia berada di posisi terburuk keenam di dunia. Oxfam dan INFID juga mengindentifikasi penyebab ketimpangan di Indonesia. Pertama, fundalisme pasar yang diperkenalkan kepada perekonomian Indonesia pada saat krisis keuangan tahun 1997 lalu mendorong perrkonomian yang memungkinkan orang kaya meraup bagian keuntungan terbesar dari pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, political capture meningkat karena orang kaya mampu memanfaatkan pengaruh yang dimiliki untuk mengubah aturan yang dapat menguntungkan mereka. Selama dua dekade terakhir, ketimpangan antara kelompok terkaya dan kelompok yang lain di Indonesia mengalami peningkatan yang lebih cepat dibanding negara-negara di Asia Tenggara. Tak hanya itu, laporan tersebut juga mencatat kekayaan empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. "Ketimpangan tersebut tidak hanya memperlambat pengentasan kemiskinan tetapi juga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengancam kohesi sosial," kata Direktur INFID Sugeng Bahagijo, Rabu (23/2). "Indonesia menghadapi tantangan ketimpangan yang multidimensi. Namun, Presiden Joko Widodo memiliki kesempatan untuk membuktikan Indonesia dapat menjadi negara yang memimpin perjuangan global melawan ketimpangan," kata Steve Price Thomas, Direktur Advokasi dan Kampanye Oxfam lntemasional. Kedua, ketidaksetaraan gender yang merupakan salah satu bentuk tertua dari ketimoangan dapat ditemui dengan mudah di Indonesia. Hal ini berperan sebagai penyebab sekaligus akibat dari ketimpangan ekonomi. Ketiga, upah murah yang menyebabkan masyarakat bawah tidak mampu mengangkat diri dari jurang kemiskinan. Keempat, ketimpangan akses antara perdesaan dan perkotaan terhadap infrastruktur, Kelima, sistem perpajakan yang gagal memainkan peran pentingnya dalam mendistribusikan kekayaan. Selain itu, potensi pencapaian dalam meningkatkan pendapatan juga masih jauh sehingga peran dalam membiayai layanan publik masih belum optimal. Rifanfinancindo Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|