kenaikan NPL perbankan disebabkan warisan kredit macet tahun lalu | PT Rifan Financindo Cabang MedanKetua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menuturkan penyebab utama kenaikan NPL perbankan pada Agustus lalu adalah rasio kredit bermasalah di sektor pertambangan yang melonjak hingga menembus level 4 persen. Selain itu, tingginya rasio NPL perbankan juga disebabkan warisan kredit macet tahun lalu yang belum direstrukturisasi oleh beberapa bank. Kendati demikian, Muliaman masih cukup percaya diri kenaikkan NPL tidak akan mempengaruhi kinerja perbankan. Rasio bantalan permodalan perbankan yang cukup kuat dinilai masih mampu meredam dampak dari kredit macet. Meningkatnya risiko bisnis di sektor perbankan memicu kenaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan. Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL gross bank umum naik, dari 3,18 persen menjadi 3,2 persen. "NPL itu kan sisa 2015 terutama datang dari sektor pertambangan dan terkait dengan itu misal sewa menyewa alat berat tranportasi dan sebagainya," ujar Muliaman, Kamis (13/10). Sementara dari segi penyaluran kredit, OJK mencatat tidak ada perubahan signifikan antara pertumbuhan Agustus dari bulan-bulan sebelumnya, yakni di kisaran 6-7 persen secara year on year dan 2,8 persen secara year to date. "Pertumbuhan kredit rupiah cukup menggembirakan. Kami berharap ini jadi lokomotif karena ini merefleksikan ekonomi domestik dan kegiatan berbasis domestik tetap berkembang terbukti dari pertumbuhan kredit dalam rupiah lebih tinggi dibanding periode yang lalu," jelasnya. Hal tersebut ditunjukan dengan rasio kecukupan modal bank (CAR) yang sudah mencapai 23 persen atau jauh dari ketentuan Basel III yang mewajibkan CAR hingga 13 persen. Permodalan yang kuat tersebut juga mampu menekan rasio NPL secara bersih (nett) menjadi 1,4 persen. "Tapi yang penting bank sudah membentuk percadangan yang memadai. Jadi jangan khawatir kapasitas bank untuk menyerap risiko itu semua sudah disiapkan," jelasnya. Persaingan Industri Keuangan Makin Ketat, OJK Minta Perbaikan SDM | PT Rifan Financindo Cabang Medan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, diperlukan revitalisasi proses untuk mengembangkan SDM di Indonesia. Apalagi, kata dia, banyak orang yang menilai jika kualitas SDM di industri perbankan masih kurang. Dirinya menambahkan, saat ini perkembangan industri perbankan tak lepas dari kemajuan teknologi. Untuk itu, SDM yang disiapkan juga harus merespon ini sebagai suatu kewajiban menguasai teknologi. "Perkembangan teknologi ini jadi salah satu driver yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan. Juga tuntutan untuk bisnis proses," jelas dia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam industri keuangan perlu ditingkatkan. Hal ini karena adanya persaingan yang semakin ketat di industri keuangan, khususnya di sektor perbankan. "SDM penting tapi masalah SDM tidak bisa seolah terisolasi dengan masalah lain, karena SDM itu people integrated dengan teknologi, proses bisnis, dan kultur," kata Muliaman di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (13/10/2016). "Itu lah pentingnya SDM. Kalau lihat statistik, bank-bank bermasalah itu karena SDM baik (di tingkat) atas atau bawah. Kalau SDM baik tentu akan memenangkan kita di dalam banyak persaingan," pungkasnya. Selain itu, pengembangan SDM juga bisa mencegah risiko yang ada di perbankan. Sebab apabila SDM yang dimiliki suatu bank baik, maka pengelolaan masalah serta risiko yang ada juga bisa terkendali. OJK Dorong Indonesia Jadi Pusat Mikro Finance | PT Rifan Financindo Cabang MedanOtoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan bakal terus mendorong Indonesia agar dapat menjadi pusat kegiatan keuangan mikro. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menerangkan, Indonesia memiliki potensi dalam mikro financing, karena masyarakatnya yang banyak berprofesi sebagai pelaku Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) yang tersebar hingga ke pelosok desa. Dia menambahkan untuk itu, Indonesia harus berusaha mengembangkan mikro financing dalam negerinya lebih dulu sehingga bisa besar dan dapat bersaing di ASEAN lalu kemudian dunia. Sementara itu menurutnya tenaga kerja semua sektor di Indonesia termasuk UMKM, sudah memiliki kualitas yang sama baiknya dengan negara-negara anggota Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). "Kami tentu saja sangat merespon agar Indonesia bisa menjadi pusat mikro financing, karena penduduk kita banyak yang berprofesi sebagai pelaku dan pengusaha UMKM," kata dia dalam acara Indonesian Banking Human Capital di Ritzcarlton, Jakarta, Kamis (13/10/2016). Dengan adanya pengoptimalan di tenaga kerja tersebut, Muliaman yakin, ini akan sejalan dengan program pemerintah bahwa Indonesia bisa menjadi pusat industri keuangan dunia. "Ini juga untuk mengembangkan UMKM, mikro finance kita sehingga bisa kuat di kancah regional," pungkasnya. "Sebetulnya yang khawatir dengan MEA bukan kita, karena tenaga kerja kita juga akan masuk ke negara mereka. Kalau bicara kualitas SDM, kami buat sedemikian rupa, standar internasional, kalau perlu dalam hal pendalaman bahasa Inggris," lanjutnya PT Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|