BPS mencatat, neraca perdagangan pada April 2018 mengalami defisit US$ 1,63 miliar | PT Rifan Financindo BerjangkaAdapun nilai impor pada April 2018 tercatat naik tajam mencapai US$ 16,09 miliar atau naik sebesar 11,28 persen dibanding bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan April 2017 (yoy), angka ini juga meningkat 34,68 persen. Melihat data BPS, defisit neraca perdagangan April 2018 merupakan yang terdalam sejak April 2014 yang pada posisi tersebut sebesar US$ 1,96 miliar. Catatan BPS, nilai ekspor April 2018 senilai US$ 14,47 miliar. Angka ini turun sebesar 7,19 persen dibanding periode Maret 2018 yang mencapai US$ 15,59 miliar. Namun angka ini tumbuh 9,01 persen secara tahunan (yoy). Sebelumnya, neraca perdagangan Maret lalu tercatat membaik. Namun bulan ini malah mengalami defisit, karena nilai impor tumbuh tinggi sementara nilai ekspor menurun. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, neraca perdagangan pada April 2018 mengalami defisit US$ 1,63 miliar. Ekspor tercatat US$ 14,47 miliar, sementara impor US$ 16,09 miliar. "Neraca perdagangan bulan ini di luar ekspektasi, mengalami defisit US$ 1,63 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Selasa, 15 Mei 2018. ( Baca : Impor RI April 2018 US$ 16,09 Miliar, Menanjak 34% ) April 2018, Neraca Perdagangan RI Defisit US$1,63 Miliar | PT Rifan Financindo BerjangkaDi lain sisi, peningkatan impor nonmigas berasal dari golongan mesin dan peralatan listrik sebesar 20,87%, sedangkan penurunan terbesar dari golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar 36,55%. Dengan begitu, secara kumulatif total impor Januari-April 2018 sebesar US$60,05 miliar atau naik 23,65% (yoy) serta impor nonmigas Januari-April 2018 sebesar US$51 miliar atau naik 26,42% (yoy). "Untuk pangsa impor nonmigas Januari-April 2018 didominasi oleh tiga negara yaitu Tiongkok US$13,92 miliar, Jepang sebesar US$ 5,98 miliar, dan Thailand sebesar US$3,45 miliar," ujarnya. Dengan begitu, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2018 mencapai US$58,74 miliar atau meningkat 8,77% dibanding periode yang sama tahun 2017. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$53,50 miliar atau meningkat 9,27%. Sementara itu, untuk nilai impor Indonesia pada April 2018 naik 11,28 % atau meningkat dari US$14,46 miliar menjadi US$16,09 miliar. Peningkatan ini terjadi baik impor migas maupun nonmigas masing-masing sebesar 3,62% dan 12,68%. "Peningkatan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor hasil minyak 10,58% dan gas 2,20%. Sebaliknya, impor minyak mentah turun 5,64%," ucap dia. Neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 mengalami defisit sebesar US$1,63 miliar. Adapun total ekspor Indonesia selama bulan lalu sebesar US$14,47 miliar dan total impor US$16,09 miliar. "Maret kemarin sempat membaik, namun April ini defisit kembali. Impor yang sangat tinggi perlu menjadi perhatian. Defisit dipicu dari defisit migas US$1,13 miliar sementara nonmigas juga defisit US$495 juta sehingga total defisit US$1,63 miliar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/5/2018). Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor Indonesia pada April 2018 mencapai US$14,47 miliar atau turun 7,19% dibanding ekspor Maret 2018. Angka tersebut berbanding terbalik bila dibandingkan April 2017 yang meningkat 9,01%. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penurunan ekspor nonmigas dan migas masing-masing sebesar 6,8% dan 11,32%. Ekspor Bakal Naik 12% | PT Rifan Financindo BerjangkaPeningkatan ekspor pertambangan yang signifikan ini ditopang oleh komoditas batu bara yang tumbuh 24% dan biji tembaga sebesar 36%. Adapun, nilai impor Maret 2018 mencapai US$14,49 miliar atau naik 2,13% dibandingkan posisi Februari 2018. Kenaikan impor terjadi kenaikan impor migas dan nonmigas sebesar masing-masing 1,24% dan 2,30%. Sementara itu, impor barang konsumsi turun 12,80% menjadi US$1,20 miliar disebabkan berakhirnya masa impor beras pemerintah. Adapun, impor kurma mengalami kenaikan 86% dibandingkan Februari 2018. Impor ini begerak seiring puasa yang akan jatuh pada Mei 2018. Seperti diketahui, neraca Perdagangan Maret 2018 tercatat mengalami surplus sebesar US$1,09 miliar. Surplus ini merupakan surplus pertama sejak Januari 2018 (Bisnis.com, 16 April 2018). Nilai ekspor Maret 2018 mencapai US$15,58 miliar atau naik 10,24% dari bulan sebelumnya.Nilai ekspor tersebut ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai yang tumbuh 11,77%. Sementara itu, ekspor migas turun 3,61%. Penurunan ekspor migas ini disebabkan oleh turunnya nilai ekspor gas sebesar 9,67%. Sementara itu, ekspor nonmigas Maret 2018 tercatat sebesar dipicu oleh pertumbuhan ekspor pertanian dan pertambangan yang meningkat masing-masing sebesar 20,01% dan 22,66% menjadi US$280 juta dan US2,78 miliar. PT Garuda Berjangka memprediksi kinerja ekspor pada April 2018 akan terkerek. “Ekspor (akan) mengalami peningkatan 12% yoy,” kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim kepada Bisnis.com, hari ini, Selasa (15/5/2018). Dia mengemukakan kemungkinan besar akan terjadi peningkatan ekspor yang cukup besar, sementara impro akan tumbuh mesti tidak terlalu signifikan meski akan memasuki Ramadan. “Surplus neraca perdagangan ini akan menjadi sentiment positif untuk pasar, (antara lain bisa mendorong kembali penguatan) rupiah,” kata Ibrahim. PT Rifan Financindo Berjangka
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|