Kebijakan proteksionis Trump dinilai bertolak belakang dengan komitmen negara-negara di dunia |PT Rifan Financindo BerjangkaDonald Trump telah resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Dalam pidato pertamanya Trump menyebutkan slogan 'America First' alias mengutamakan AS. Di mana salah satu unsurnya adalah tentang proteksionisme terhadap barang dari negara lain. Jika kebijakan proteksionisme benar-benar diterapkan, maka akan merugikan AS sendiri karena beberapa industri di AS membutuhkan bahan baku dari negara tetangganya. "Padahal kita tahu antar negara kan saling membutuhkan. Contohnya kaya tadi Meksiko ternyata ada juga beberapa industri di AS yang men-serve kebutuhan atas permintaan dari Meksiko," kata Aldian dalam acara 2017 Standard Chartered Bank Global Research Briefing di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017). Kebijakan proteksionisme yang dijanjikan Trump, menurut Senior Economist Standard Chartered Bank Aldian Taloputra, dinilai cukup bertolak belakang dengan komitmen negara-negara di dunia di mana perlu menjalin kerja sama untuk memperkuat ekonomi. America First juga berbicara tentang 25 juta lapangan kerja baru dalam 10 tahun ke depan. Jumlah pengangguran akan ditekan Trump dengan menggenjot sektor industri manufaktur di AS. Karena itu dia memenangkan suara pemilu di wilayah yang menjadi kunci industri manufaktur, seperti Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania. Aldian menilai perlu waktu untuk memastikan slogan tersebut lahir dalam bentuk kebijakan. Meski lebih spesifik sempat diwacanakan kenaikan anggaran infrastruktur, pemangkasan tarif pajak untuk bisnis dan individu, menata kembali perjanjian-perjanjian perdagangan, terutama dengan China dan Meksiko. "Jadi terus terang kita masih lihat ini seperti apa kebijakannya, realisasinya akan seperti apa," tutup Aldian. Hal ini tidak lepas dari hilangnya 5 juta lapangan pekerjaan di sektor manufaktur sejak tahun 2000. Hampir semua dari 11 juta lapangan kerja yang tercipta di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama, datang dari sektor jasa. Adanya rentang waktu, menurut Aldian adalah ketidakpastian bagi investor. Sebab ada kemungkinan juga kebijakan tersebut akan batal. "Itu terus terang kita lihat masih jauh, ketidakpastiannya masih tinggi. Kalau kita lihat pidatonya kemarin cukup proteksionis karena America First, tapi kita perlu lihat bentuk kebijakannya akan seperti apa. Bener enggak sih dia akan seperti itu," pungkasnya. Pengamat: Trump punya kepentingan, tak mungkin musuhi Indonesia | PT Rifan Financindo Berjangka Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri menilai dilantiknya Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak mempunyai pengaruh terhadap Indonesia. Apalagi, negara paman Sam merupakan ekspor terbesar di Asia Pasifik. Selain itu, kata dia, Trans Pacific Partnership (TPP) akan mempertimbangkan jika tak bermitra dengan Indonesia. Mereka juga akan mengalami kerugian besar jika negara Paman Sam tak bekerja sama dengan negara Asia. "Kecil sekali, ingat AS itu negara terbuka, bukan negara otoriter, jadi pendulumnya akan bergeser ke sebaliknya. Ekspor AS paling besar ke Asia Pasifik, dibandingkan dengan Eropa lebih besar Asia Pasifik. Masa dia mau musuhin kita? enggak realistis," ujar Faisal Basri di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (23/1). "TPP juga mulai mikir-mikir, kalau tidak rangkul Asia Pasifik, ekspor saya jeblok dong, dan di TPP itu tidak ada China, masa akan dia hapus TPP itu," jelasnya. "Yang perlu khawatir tentang dinamika China, angka pengangguran di China, over capacity industrinya, macam-macam efeknya lebih besar bagi Indonesia. Tahun ini tadinya diperkirakan 6,2 persen, baru dikoreksi 6,5 persen jadi lebih baik dari perkiraan semula. Banyak goodnews sebenarnya di dunia," tegas Faisal. Lebih jauh, Faisal menambahkan negara China yang harus dikhawatirkan karena angka pengangguran industri cukup besar. Namun, pertumbuhan ekonomi di China mencapai angka 6,5 persen. "Akibat ada Trump hampir semua ekonomi di AS jadi King, menentang, jadi tidak bisa. Akhirnya rakyat AS yang merugi, angka pengangguran meningkat, harga-harga barang naik, jadi jangan terlalu histeria melihat Trump. Meski kongres dikuasai Republik, tapi kan anggota kongres dipilih langsung tanpa bantuan Trump maka dia tidak akan menciderai konstituennya," tutupnya. Tanpa AS, Perjanjian Perdagangan Bebas Tak Berguna | PT Rifan Financindo Berjangka Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menyebut, meskipun Indonesia masih dalam kajian untuk mengikuti perjanjian blok perdagangan tersebut, namun keberadaan TPP tanpa negeri adi daya itu tidak akan berdampak apapun terhadap negara-negara anggota TPP. "Saya kira, (Indonesia) tidak perlu sekali (masuk TPP). AS tidak masuk TPP, sudah tidak ada gunanya lagi," kata Sofjan, saat ditemui di Jakarta, Senin 23 Januari 2017. Presiden Amerika Serikat Donald Trump, akhirnya memutuskan AS untuk mundur dari pakta perjanjian perdagangan bebas Trans Pasific Partnership. Salah satu alasannya adalah untuk melindungi para tenaga kerja yang dimiliki AS. Namun, Sofjan menilai, proteksionisme Trump tidak akan langsung memberikan dampak yang cukup signifikan. Lagipula, Indonesia masih bisa memanfaatkan perjanjian maupun hubungan bilateral lain yang mampu dioptimalkan, selain dari TPP. "Masih ada RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), dan bilateral lain kita bisa kerja sama. Juga, masih ada APEC dan lain-lain," tuturnya. Ia memandang, sikap proteksionisme Trump memang sedikit mengkhawatirkan bagi kinerja perdagangan dalam negeri. Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia itu khawatir, akan ada efek tidak langsung yang diberikan, dari implementasi kebijakan tersebut. "Kalau mereka sasar China, mereka (China) itu trading partner kita yang pertama. Kalau terganggu, ekspor kita ke China pasti akan terganggu," katanya. Rifanfinancindo Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|