Menperin akui ada selundupan bahan baku cangkul | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo Sekadar informasi, pemerintah memutuskan untuk membuka keran impor cangkul lantaran produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan cangkul secara Nasional. Beberapa waktu lalu, pemerintah melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) telah mendatangkan 86.000 unit kepala cangkul. Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengatakan pihaknya terus mendorong agar Badan Usaha Milik Negara dalam negeri untuk dapat memproduksi cangkul di dalam negeri. Ia yakin Indonesia mampu menghasilkan cangkul tanpa ketergantungan impor dari negara lain. "Khusus untuk pacul, itu kebutuhannya satu tahun 10 juta ton, 10 juta ton pacul itu harus special melting karena high carbon steel," Kata Airlangga di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa malam, 1 November 2016. Airlangga mengatakan, untuk satu tahun, dibutuhkan 10 juta ton baja sebagai bahan baku cangkul demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk produksi cangkul, menurut dia, memang butuh peleburan khusus atau special melting karena menggunakan baja dengan standar SNI yaitu High Carbon Steel. Menurut Airlangga, pihaknya juga akan memberikan penugasan kepada PT Boma Bisma Indra (BBI) untuk kembali melakukan proses melting. Sebab, BBI sebelumnya pernah memproduksi sebanyak 70.000 unit Cangkul per tahun. Untuk itu, ia memerintahkan kepada PT Krakatau Steel Tbk, agar dapat memproduksi cangkul dari sebanyak 15 ribu ton bahan baku baja. Sehingga nantinya tidak hanya berhenti impor, Indonesia mampu melakukan ekspor cangkul. Selain itu, Airlangga juga tak memungkiri adanya kasus selundupan bahan baku cangkul yang dilakukan oleh pengusaha dalam negeri. Menurut dia, pemerintah perlu memperketat regulasi untuk hal itu. "Kemarin Krakatau Steel saya panggil. Saya enggak mau tahu kita harus bisa melting (proses peleburan) dengan 15 ribu ton (baja)," kata dia. "Selundupannya yang namanya pacul itu harus di-regulated, harusnya itu tidak boleh impor tapi barangnya tiba-tiba ada di pasar," kata dia. Tiga BUMN Harus Penuhi Produksi Cangkul Nasional | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo Ketiga BUMN yang dilibatkan dalam penugasan untuk pemenuhan produksi cangkul adalah PT Kerakatau Steel, PT Boma Bisma Indra, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. "Jadi harus spesial meliting karena ini high carbon steel (bahan baku). Jadi kemarin KS saya panggil, saya ga mau tau kita harus melting dengan 15 ribu ton," ucap Airlangga, ditemui dalam acara 'Rakernas Kadin Indonesia Bidang Energi Dan Migas' di Fairmont Hotel Jakarta, Selasa (1/11/2016). Pemerintah mengamanatkan ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk memberi penugasan khusus kepada perusahaan BUMN untuk memenuhi produksi cangkul nasional. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, kebutuhan alat perkakas pacul telah mencapai 10 juta ton per tahun. Angka tersebut yang harus dipenuhi produksi dalam negeri. Dalam merealisasikan hal tersebut, Airlangga juga memberi target khusus, untuk PT Krakatau Steel, untuk menyediakan bahan baku pembuatan cangkul. Untuk PT Boma Bisma Indra, Airlangga menyatakan, pabrik ini sudah lama berhenti memproduksi pacul. Namun, karena ada penugasan untuk produksi pacul, Boma Bisma Indra diharapkan bisa memproduksi lagi hingga 700 ribu unit cangkul per tahun. Pemerintah tahun ini mengimpor kepala cangkul sebanyak 86.160 unit melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Jumlah tersebut hanya sebesar 5,7 persen dari keseluruhan izin impor yang diberikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebanyak 1,5 juta unit. "Nah ini kita dorong juga untuk melakukan kerja sama dengan industri kecil dan menengah (IKM). Untuk PPI bertugas melakukan pemasaran produk cangkul nantinya," jelas Airlangga. Kebutuhan cangkul nasional rata-rata sebesar 10 juta unit per tahun dan belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukan importasi yang jumlah 86.160 unit. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Dody Edward mengungkapkan, izin impor tersebut sesuai Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) Nomor 230 Tahun 1997 tentang Barang yang Diatur Tata Niaga Impornya. Impor tersebut juga sesuai produksi dalam negeri yang tak mampu memenuhi kebutuhan nasional. Tiga BUMN Ditugasi Bikin Cangkul | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyatakan, industri di dalam negeri telah mampu memproduksi cangkul dengan kualitas yang baik dan berstandar nasional Indonesia (SNI). Hal ini sekaligus membantah anggapan industri lokal belum mampu memproduksi cangkul nasional. Adapun PPI nantinya bertugas untuk mendistribusikan cangkul produksi dalam negeri. Selain itu, ujar Putu, pihaknya juga akan mendorong tiga BUMN tersebut untuk menggandeng industri kecil dan menengah (IKM). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan skema penugasan kepada tiga badan usaha milik negara (BUMN) untuk memenuhi kebutuhan cangkul nasional. Tiga BUMN tersebut adalah PT Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra (BBI), dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). “Terkait adanya isu bahwa industri dalam negeri tidak mampu, Kemenperin dan Kemendag memberikan skema penugasan kepada BUMN, yaitu Krakatau Steel, BBI dan PPI,” ujar dia di Gedung Kemenperin, Jakarta, kemarin (31/10). Untuk Krakatau Steel, akan ditugaskan untuk memasok bahan baku produksi dan BBI yang akan memproduksi alat pertanian tersebut. Selama ini IKM kesulitan mengembangkan produksinya karena kekurangan bahan baku dan sulit memenuhi sertifikasi SNI untuk produk ini. “Penugasan segera, Pak Menteri minta bentuk tim kerja dari Ditjen IKM karena utamakan suplai dari IKM. Kesulitan IKM selama ini dari sisi bahan baku sehingga kemampuan suplai terhambat, kami diminta dukung ke sana termasuk Krakatau Steel dan BBI. Karena juga ada SNI yang selama ini belum diberlakukan wajib, khawatirnya kalau IKM belum siap nanti yang ada malah impor lagi,” jelas dia. “Kami ada pabrik seluas 1 hektare (ha) di Pasuruan, khusus cangkul 700 ribu unit. Kami terkenal dengan cangkul Cap Mata. Tingkat kualitas teruji karena kami punya lisensi dari Jerman. Kami dukung kapasitas mendukung produksi cangkul nasional. Kami kerja sama dengan Krakatau Steel untuk bahan baku material, dari PPI untuk pemasaran, dan didukung industri kecil,” tandas dia. (ers) Sementara itu, Direktur Utama BBI Rahman Sadikin menyatakan, siap mendukung pemerintah untuk menyediakan produk cangkul di dalam negeri. Saat ini, BUMN tersebut mampu memproduksi cangkul sebanyak 700 ribu unit per tahun. Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|