populasi sapi perah nasional juga terus mengalami penurunan | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang PekanbaruKetua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito mengatakan, saat ini pasokan susu sapi dalam negeri masih bergantung pada impor. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 20 persen kebutuhan susu nasional. "Selama dua dekade terakhir, kita hanya mampu mengisi produksi sekitar 20 persen dari kebutuhan nasional? Jadi 80 persen berasal dari impor. Jadi seolah susu dalam negeri hanya bumbu saja?" ujar Agus dalam diskusi media Industri Sapi Perah Nasional di Jakarta, Selasa (8/11/2016). Agus menjelaskan, populasi sapi perah nasional juga terus mengalami penurunan. Pada 2015, populasi sapi nasional hanya 525.171 ekor. Angka ini turun turun 16,5 persen dari tahun 2012 sebesar 611.940 ekor. Dia menjelaskan, saat ini konsumsi susu dalam negeri sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Dari angka tersebut sekitar 2,6 juta ton masih bergantung pada negara lain. Sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu memproduksi susu segar sebesar 690 ribu ton. Menurutnya, produksi susu dalam negeri masih sulit berkembang karena banyak kendala yang dihadapi peternak. Padahal, industri peternakan sapi perah merupakan salah satu indikator ketahanan pangan nasional. "Produksi tahun 2015 menjadi 805.000 ton, produksi ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2012 bisa mencapai 960.000 per ton. Padahal generasi muda Indonesia membutuhkan protein yang terjangkau, dan ini bisa terpenuhi dari susu sapi lokal," ungkapnya. Menurutnya, penurunan populasi sapi perah membuat produksi susu segar dalam negeri menjadi ikut menurun. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, dari 80 persen impor susu tersebut, mayoritas berasal dari Australia. Impor susu ini bukan dalam bentuk susu segar, melainkan susu bubuk seperti skim milk powder dan butter milk powder. Revitalisasi Industri Susu Nasional Rochadi menjelaskan, kedepan dalam meningkatkan produksi susu segar lokal diperlukan revitalisasi industri susu nasional mulai dari hulu hingga di hilirnya. "Skim ini hanya seperti pemutih kopi, yang mayoritas sebenarnya gula," jelasnya. Berdasarkan data tingkat kosumsi susu di Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini masih di kisaran 12,87 liter per kapita per tahun. Angka ini termasuk terendah di Asia Pasifik. "Revitalisasi sapi perah nasional seyogyanya meliputi beberapa komponen, seperti skill dan inovasi dari peternak, teknologi dan investasi untuk mendukung bisnis, pasar yang kondusif serta kebijakan yang pro peternak," pungkasnya. Usaha Peternakan Sapi Perah Berada Pada Kondisi ‘Hidup Enggan Mati Tak Mau’ |PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru “Sekarang kondisi sektor peternakan sapi perah sudah berada pada posisi hidup enggan mati tak mau, karena prospek usahanya sudah tidak menjanjikan,” ungkap Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI), Agus Warsito di Jakarta, Selasa (8/11). Hingga saat ini, masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor usaha sapi perah mengaku merasa kesulitan dalam mengembangkan sektor usahanya. Pasalnya, harga susu segar dalam skala nasional hingga saat ini terus mengalami penurunan yang cukup signifikan, di tambah lagi minat masyarakat untuk bisa mengkonsumsi susu segar terus menurun. Ia menjelaskan bahwa untuk posisi sektor peternakan sapi perah pada saat ini sangat sulit dimana posisi tawar untuk sapi perah sudah sangat rendah. Lebih lanjut Agus mengatakan, untuk saat ini peternakan skala rumah tangga masih menyumbangkan 85 persen untuk produksi susu nasional dan ini merupakan kondisi riil. Untuk jumlah sapi perah yang dimiliki oleh setiap sektor usaha sapi perah untuk yang skala kecil rata-rata hanya memiliki 50-200 ekor sapi, sementara untuk peternakan yang skala besar bisa mencapai 200 ekor sapi. Kemudian Agus menuturkan, dengan melihat sektor usaha peternakan sapi perah yang saat ini sudah tidak menjanjikan, maka banyak para pelaku permodalan sudah mulai meninggalkan dan tidak mau menginvestasikan modalnya di peternakan sapi perah. Karenanya, ia berharap agar pemerintah mulai membantu sektor usaha peternakan sapi perah yang saat ini sedang mengalami kesulitan dalam sektor usaha, sehingga sektor usaha sapi perah ini terus berjalan baik. “Sama sekali nggak sebanding dengan pengeluaran untuk perawatan sapi tersebut. Namun, pada saat ini para peternak sapi perah sudah tidak ada pilihan lain selain bagaimana untuk mempertahankan usahanya tetap berjalan. Ini terjadi di semua sisi baik yang skala rumah tangga, skala kecil dan juga skala besar,” tutur Agus. “Ngapain melakukan investasi kalau kenyataanya sektor usaha tersebut justru tidak menguntungkan,” ujarnya. Pasokan Susu Sapi Nasional Masih Bergantung pada Impor | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Pekanbaru Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito mengatakan, saat ini pasokan susu sapi dalam negeri masih bergantung pada impor. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 20 persen kebutuhan susu nasional. "Selama dua dekade terakhir, kita hanya mampu mengisi produksi sekitar 20 persen dari kebutuhan nasional? Jadi 80 persen berasal dari impor. Jadi seolah susu dalam negeri hanya bumbu saja?" ujar Agus dalam diskusi media Industri Sapi Perah Nasional di Jakarta, Selasa (8/11/2016). Dia menjelaskan, saat ini konsumsi susu dalam negeri sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Dari angka tersebut sekitar 2,6 juta ton masih bergantung pada negara lain. Sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu memproduksi susu segar sebesar 690 ribu ton. Agus menjelaskan, populasi sapi perah nasional juga terus mengalami penurunan. Pada 2015, populasi sapi nasional hanya 525.171 ekor. Angka ini turun turun 16,5 persen dari tahun 2012 sebesar 611.940 ekor. "Produksi tahun 2015 menjadi 805.000 ton, produksi ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2012 bisa mencapai 960.000 per ton. Padahal generasi muda Indonesia membutuhkan protein yang terjangkau, dan ini bisa terpenuhi dari susu sapi lokal," ungkapnya. Menurutnya, produksi susu dalam negeri masih sulit berkembang karena banyak kendala yang dihadapi peternak. Padahal, industri peternakan sapi perah merupakan salah satu indikator ketahanan pangan nasional. Menurutnya, penurunan populasi sapi perah membuat produksi susu segar dalam negeri menjadi ikut menurun. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, dari 80 persen impor susu tersebut, mayoritas berasal dari Australia. Impor susu ini bukan dalam bentuk susu segar, melainkan susu bubuk seperti skim milk powder dan butter milk powder. Revitalisasi Industri Susu Nasional Rochadi menjelaskan, kedepan dalam meningkatkan produksi susu segar lokal diperlukan revitalisasi industri susu nasional mulai dari hulu hingga di hilirnya. "Skim ini hanya seperti pemutih kopi, yang mayoritas sebenarnya gula," jelasnya. Berdasarkan data tingkat kosumsi susu di Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini masih di kisaran 12,87 liter per kapita per tahun. Angka ini termasuk terendah di Asia Pasifik "Revitalisasi sapi perah nasional seyogyanya meliputi beberapa komponen, seperti skill dan inovasi dari peternak, teknologi dan investasi untuk mendukung bisnis, pasar yang kondusif serta kebijakan yang pro peternak," pungkasnya. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|