Indonesia akan mengikuti hasil keputusan produsen minyak kelas kakap | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang SoloPemerintah agaknya memperlihatkan sifat pasif jelang pertemuan antar negara-negara pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) di Wina, Austria, Rabu esok (30/11). Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja menerangkan, produksi minyak Indonesia sendiri akan menurun dengan alami, tanpa melalui intervensi ihwal pemangkasan pertumbuhan produksi minyak. "Kalau Indonesia, memang growth (pertumbuhan) itu tidak ada. Lifting saja turun di tahun depan. Kami tekankan bahwa OPEC bukan mengurangi produksi, tetapi mengurangi pertumbuhan industri," kata Wiratmaja singkat enggan mengomentari sikap Indonesia. Hal itu, ia bilang, tercermin dari target lifting minyak Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang hanya sebesar 815 ribu barel per hari atau turun tipis dibandingkan target APBNP 2016, yakni sebesar 820 ribu barel per hari. Sebagai informasi, Indonesia bergabung kembali dengan OPEC pada 1 Januari 2016 setelah membekukan keanggotaannya pada tahun 2009 silam. Per Oktober tahun ini, realisasi produksi minyak Indonesia mencapai 834.203 barel per hari atawa kira-kira mencapai 2,5 persen dari total produksi negara OPEC. September lalu, negara-negara anggota OPEC sepakat untuk mengurangi produksi dari rekor saat ini 33,8 juta barel per hari menjadi hanya 32,5 juta-33 juta barel per hari. Upaya ini diyakini dapat menaikkan harga minyak dunia. Salah satunya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang mengaku belum mau memikirkan dampaknya terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) apabila nantinya kesepakatan OPEC melahirkan keputusan pemangkasan produksi. "Saya tak mau berandai-andai. Lebih baik tunggu saja keputusan produsen minyak nanti seperti apa. Saya juga belum mau komentar dampaknya ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) jika pemangkasan itu benar-benar terjadi," ujarnya, Selasa (29/11). Menurutnya, Indonesia akan mengikuti hasil keputusan produsen-produsen minyak kelas kakap demi memulihkan harga minyak yang terpuruk sejak tahun 2014 lalu. Harga Minyak Bisa Anjlok ke Bawah 40 Dollar AS jika.... | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo Mengutip CNN Money, Selasa (29/11/2016), banyak pihak yang meyakini bahwa kemungkinan OPEC menyepakati pemangkasan produksi hanya mencapai 50 : 50. Namun, pasar minyak tetap kebanjiran pasokan sehingga kegagalan, yang mungkin saja akan dialami OPEC untuk kembali menyeimbangkan pasar minyak, bisa terjadi. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada bulan September 2016 lalu mencapai kesepakatan preliminer untuk memangkas produksi minyak pertama kalinya sejak 2008. Pembicaraan internal di kalangan anggota-anggota OPEC, khususnya Iran, Irak, dan Arab Saudi, telah membuat kesepakatan sulit untuk dicapai. Persetujuan sementara tersebut akhirnya mendorong harga minyak dunia melonjak ke atas 50 dollar AS per barrel. Walau demikian, ada keraguan bahwa OPEC akan mencapai kesepakatan pada pertemuan yang akan dilakukan di Vienna, Austria, Rabu (30/11/2016) esok. Fadel Gheit, direktur pelaksana riset migas di Oppenheimer & Co, meyakini OPEC cenderung tidak mencapai kesepakatan. Kegagalan persetujuan tersebut dapat dengan mudah mendorong harga minyak anjlok kembali ke bawah 40 dollar AS per barrel. Harga minyak telah mengalami reli sejak anjlok ke level terendah dalam 13 tahun, yakni 26 dollar AS per barrel pada bulan Februari 2016 lalu. Namun, tingginya permintaan di kawasan seperti AS telah mendorong penguatan harga minyak. “Pada akhirnya, bicara mudah saja dilakukan. Jika mereka tidak melakukan apa-apa, maka minyak akan menjadi lebih murah,” ungkap Gheit. “Ini akan merepresentasikan titik mundur upaya menyeimbangkan pasar kembali,” ujar Helima Croft, Global Head of Commodity Strategy RBC Capital Markets. RBC Capital Markets pun menyatakan harga minyak sebesar 40 dollar AS per barrel bisa saja terwujud jika OPEC tidak mencapai kesepakatan esok hari. OPEC dan Non-OPEC Diminta Kerja Sama | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Solo Menteri Perminyakan Venezuela Eulogio Del Pino, Senin (29/11/2016), mendesak anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-anggota OPEC untuk "bekerja sama" menstabilkan harga minyak mentah. "Tujuannya adalah bertemu dengan pihak berwenang Rusia untuk berbagi dengan mereka strategi umum kami dalam OPEC," Del Pino mengatakan kepada wartawan di bandara sebelum kedua menteri itu terbang ke Moskow. "Negara-negara OPEC dan non-OPEC negara harus bekerja sama untuk menstabilkan pasar minyak," kata menteri Venezuela saat tiba di Bandara Internasional Aljir, di mana dia disambut oleh mitranya dari Aljazair, Noureddine Boutarfa. Untuk tujuan ini, Aljazair telah mengusulkan untuk mengurangi produksi OPEC sebesar 1,1 juta barel per hari (bph). Pertemuan penting OPEC akan berlangsung pada Rabu (30/11) di kantor pusat OPEC di ibukota Austria, Wina, ketika para menteri perminyakan kartel akan membahas cara-cara untuk mempertahankan harga minyak antara US$50 hingga US$60 per barel. Tapi negara-negara non-OPEC, termasuk Rusia, harus bergabung dengan inisiatif untuk membuat rencana pemotongan produksi bisa berjalan. Perjanjian tersebut diharapkan akan diberlakukan di pertemuan kartel pada Rabu (30/11). Pada September, 14 anggota OPEC mencapai kesepakatan bersejarah di Aljir untuk memangkas produksi minyak dari 33,4 juta barel per hari menjadi antara 32,5 hingga 33 juta barel per hari. PT Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|