Ekonomi AS diperkirakan akan tumbuh hanya 1,6 persen pada tahun ini | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia semakin melambat dan hanya akan tumbuh sekitar 3,1 persen di 2016, turun dari 3,2 persen pada tahun lalu. Ekonomi dunia akan mulai naik pada 2017 menjadi 3,4 persen. Ekonomi AS diperkirakan akan tumbuh hanya 1,6 persen pada tahun ini, turun dari 2,6 persen di 2015. Proyeksi terakhir ini bahkan lebih rendah 0,6 persen dari proyeksi IMF sebelumnya tiga bulan lalu. Dilansir CNN Money, Rabu 5 Oktober 2016, dalam laporan World Economic Outlook, IMF menyebut penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi global adalah semakin lambatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. Meski demikian ekonomi negara-negara berkembang akan menguat. IMF mengharapkan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang naik menjadi 4,2 persen tahun ini, setelah lima tahun berturut-turut mengalami penurunan. IMF menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat menyebabkan suku bunga tetap rendah untuk waktu lama. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS ini dilakukan IMF setelah melihat angka pertumbuhan ekonomi AS pada April hingga Juni lalu yang hanya tumbuh 1,4 persen. Kinerja ekonomi AS jauh di bawah ekspektasi para ekonom. "Ekonomi AS telah kehilangan momentum selama beberapa kuartal, dan ekspektasi kenaikan pada kuartal kedua di 2016 tidak terjadi," kata IMF. IMF Potong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Inggris | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang Dana Moneter Internasional (IMF) telah memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris pada tahun depan, karena diyakini pemulihan ekonomi global masih lemah dan tidak menentu. IMF pangkas pertumbuhan Inggris pada tahun 2017 menjadi 1,1%, meski sebelumnya menaikkan pertumbuhan PDB tahun ini menjadi 1,8%. Meski begitu World Economic Outlook terbaru IMF memprediksi pertumbuhan global tahun ini, yang masih dibawah standar sebesar 3,1% akan naik sedikit pada 2017. "Secara keseluruhan, ekonomi dunia telah bergerak semakin menepi. Tanpa adanya kebijakan yang mendukung aktivitas ekonomi baik secara jangka pendek atau panjang telah meningkatkan risiko," ucap Kepala Ekonom Maurice Obstfeld. Dilansir BBC, Rabu (5/10/2016) asumsi yang menjadi dasar IMF memotong prediksi pertumbuhan Inggris karena didasari oleh negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) yang berjalan lamban serta adanya peningkatan terbatas dalam hambatan ekonomi. Beberapa pihak memperingatkan ekonomi global masih jauh dari perbaikan dalam beberapa tahun ke depan. Di sisi lain beberapa ekonom yang mendukung Inggris meninggalkan UE melayangkan kritik atas proyeksi yang diumumkan IMF. "Ekonomi Inggris tampaknya masih akan menguat tidak melemah. Hari ini konstruksi PMI terlihat positif, di depan perkiraan suram. Belanja konsumen kuat dengan penjualan ritel 6% ditambah penjualan mobil yang berkembang," ucap Ketua Eksekutif Macronomics dan anggota ekonom untuk Brexit Graeme Leach. IMF juga mengatakan pertumbuhan Amerika Serikat (AS) pada tahun ini akan turun 1,6% dari perkiraan sebelumnya 2,2%, serta seiring pelemahan ekonomi beberapa negara seperti Jepang, Jerman, Rusia hingga India. Sementara itu Brexit menyiratkan peningkatan yang substansial dalam ketidakpastian ekonomi, politik, dan kelembagaan, yang diprediksi memiliki konsekuensi makroekonomi negatif, terutama di negara maju Eropa. Kelompok tersebut masih mengharapkan Inggris untuk tumbuh sebesar 2,6% tahun ini serta dalam beberapa tahun kedepan yang tidak berubah dari perkiraan pra-referendum. Pertumbuhan Ekonomi Global di 2017 Diprediksi 3,4% | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan global akan mencapai 3,4 persen pada 2017 atau naik sedikit dari perkiraan kuartal ke empat 2016, yakni 3,1 persen, seiring pulihnya ekonomi di negara-negara berkembang, termasuk Rusia dan Brasil. Meskipun diperkirakan membaik pada 2017, IMF memperingatkan bahwa perlambatan ekonomi, khususnya di negara maju akan memicu proteksionisme terhadap perdagangan dan migrasi ke negara-negara tersebut. Perkiraan tersebut disampaikan Kepala Ekonomis IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui laman IMF dari Washington DC, Amerika Serikat, Selasa, pukul 09.00 waktu setempat. "Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi dunia masih berjalan lambat," kata Obstfeld, sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (5/10/2016). IMF juga menyampaikan kelesuan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan dimulainya Brexit di Inggris akan menjadi faktor yang mempengaruhi perlambatan ekonomi global. IMF akan menyelenggarakan konferensi pers tentang perkiraan ekonomi untuk negara-negara wilayah Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, pada Kamis (6/10). Di sisi lain, IMF mendorong negara-negara berkembang untuk terus melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, kesesuaian spesialisasi pekerjaan dan mengurangi hambatan perdagangan. Meskipun, hal itu tidak akan memberikan dampak secara langsung terhadap kelesuan ekonomi yang disebabkan perlambatan produktivitas dan peningkatan jumlah penduduk usia tua. Menurut IMF, proteksi semacam itu akan menghambat produktivitas, pertumbuhan, dan inovasi. Oleh karena itu IMF mendorong peningkatan integrasi perdagangan antarnegara. "Proteksionisme hanya akan memperdalam dan memperlama stagnasi ekonomi dunia saat ini," tambah Obstfeld. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat, IMF merekomendasikan agar Bank Sentral dia negara-negara maju untuk mempermudah kebijakan moneter mereka. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|