Persediaan minyak AS mencapai puncaknya pada angka 8,2 juta barel pekan lalu | PT Rifan Financindo Berjangka Dikutip dari Reuters, persediaan minyak mentah di AS telah meningkat sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada angka 8,2 juta barel pada pekan lalu menurut data Energy Information Administration (EIA) AS. Angka ini lebih besar empat kali lipat dibanding perkiraan sebelumnya. Harga minyak melemah sebesar 5 persen menuju titik terendah pada tahun ini pada hari Rabu (8/3) waktu Amerika Serikat (AS). Persediaan minyak AS yang melimpah membuat pelaku pasar cemas bahwa stok minyak global masih tetap membuncah meski organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) mencoba membatasi produksi. Hasilnya, harga Brent LCOc1 menurun ke angka US$53,11 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) CLc1 terjun ke angka UD$50,28 per barel, atau titik terendah sejak tanggal 15 Desember 2016 silam. Selain itu, ekspektasi akan meningkatnya suku bunga acuan AS pada pekan depan juga ampuh menekan harga minyak. Pasalnya, nilai tukar Dolar AS tentu akan menguat dibanding mata uang lainnya. Sesi perdagangan kemarin juga mencatat persentase penurunan harga terbesar sejak Februari 2016. Volume perdagangan meningkat dan mencatat rekor tertingi sejak 1 Desember silam. Namun, OPEC mengatakan, masih terlalu dini untuk memulai pembicaraan terkait perpanjangan kesepakatan tersebut. Sebelumnya, OPEC sepakat untuk memberlakukan kebijakan tersebut sepanjang semester I saja. Harga minyak terbilang membaik sejak 1 Januari 2017 silam, setelah pemangkasan produksi OPEC berlaku efektif. Data-data dan pernyataan dari para Menteri Perminyakan menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap kesepakatan tersebut. Harga Minyak Jatuh Akibat Banjir Pasokan AS | PT Rifan Financindo Berjangka Persediaan minyak mentah AS naik 8,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Maret menjadi 528,4 juta barel, naik 7,7% dari waktu yang saham tahun lalu, menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (8/3/2017). Baca: Persib Bandung Tepis Isu Masuk Pasar Modal Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Turunnya harga minyak disebabkan data menunjukkan bahwa persediaan minyak Amerika Serikat naik untuk minggu kesembilan secara berturut-turut. Analis mengatakan kenaikan stok minyak AS tersebut jauh melebihi ekspektasi pasar dan mengangkat kekhawatiran baru atas kelebihan pasokan minyak global. Patokan AS, minyak mentah lig Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, berkurang USD2,81 menjadi ditutup pada USD53,11 per barel di London ICE Futures Exchange Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun USD2,86 menjadi menetap di USD50,28 per barel di New York Mercantile Exchange. Pasokan AS Melonjak, Harga Minyak Jatuh 5 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka Harga minyak melemah lima persen ke level terendah pada 2017. Pasokan minyak Amerika Serikat (AS) yang melonjak melebihi dari yang diharapkan menekan harga minyak. Analis dan trader menilai, penurunan harga minyak cukup tajam ini memberi sinyal tren negatif jika spekulator mulai ambil posisi untuk harga minyak. Analis teknikal melihat, jika aksi jual terjadi dapat mendorong harga minyak sentuh di bawah level support. "Ini kombinasi dari aksi spekulasi yang panjang dan pasokan, ditambah pertumbuhan signifikan untuk produksi minyak AS," ujar Senior Partner Commodity Research Group Andrew Lebow seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (9/3/2017). Pasokan minyak berlebih itu terjadi saat negara produsen minyak tergabung dalam OPEC berusaha dongkrak harga dengan memangkas produksi. Pasokan minyak AS telah naik sepanjang 2017. Berdasarkan data US Energy Information Administration menunjukkan kalau pasokan minyak naik 8,2 juta barel pada pekan lalu. LaRose menilai, level support harga minyak untuk WTI yang sedang diuji di level US$ 50-US$ 51. Bila itu tembus maka harga minyak dapat berada di kisaran US$ 47-US$ 48. Selain itu, ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS juga menekan harga minyak. Ada harapan kenaikan suku bunga itu mendorong indeks dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 2,86 atau 5,38 persen menjadi US$ 50,28 per barel, ini level terendah sejak 15 Desember. Harga minyak Brent jatuh ke level terendah sejak 8 Desember ke level US$ 52,93. Akhirnya ke level US$ 53,11 atau melemah US$ 2,81 atau 5,03 persen. "Ini butuh katalis untuk mendukung fundamental pergerakan harga minyak," tutur dia. Analis teknikal ICAP Brian LaRose menuturkan, sentimen pasokan minyak telah mempengaruhi harga. Saat ini secara teknikal pergerakan harga minyak mencoba lewati level US$ 55-US$ 56 untuk harga minyak jenis WTI. Namun hal itu gagal. Rifanfinancindo Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|