Isu ini beredar sejak pemilu berlangsung | PT Rifan Financindo Berjangka Solo Baik CEO Facebook Mark Zuckerberg, CEO Google Sundar Pichai dan CEO Twitter Jack Dorsey, berada pada sebuah dilema. Di satu sisi, jika mereka melakukan pengetatan postingan maka akan kehilangan kepercayaan pengguna, namun di sisi lain jika tidak melakukannya maka ujaran kebencian akan semakin merajalela. Debat yang cukup panjang diprediksi akan mewarnai isu ini. Facebook maupun Google menolak disebut sebagai publisher dari konten-konten tersebut. Mereka menegaskan bahwa platform yang dibuat ini adalah netral, dengan tujuan awal untuk bertukar ide. Facebook, Twitter dan Google mulai menyadari jika platform mereka banyak digunakan untuk menyebar berita hoax dan ujaran kebencian. Mereka dikabarkan sedang mencari cara untuk bisa menghalau itu semua. "Kita harus benar-benar berhati-hati dan mampu menyortir sebuah kebenaran atau kebohongan untuk diri kita sendiri," ujar Zuckberg, dilansir dari Wall Street Journal. Sedangkan Twitter, lebih memiliki menggunakan cara blokir. Platform karakter terbatas itu akan memblokir notifikasi tweet yang memiliki beberapa kata spesifik terkait dengan kebencian dan hoax. Beberapa waktu lalu, kedua perusahaan ini mengatakan telah menemukan cara untuk menghalau konten kebencian dan hoax. Caranya adalah dengan menandai situs atau akun yang ditengarai telah mendistribusikan berita hoax. Situs itu juga akan diblokir dari iklan apapun sehingga mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan. "Kami tidak pernah mempengaruhi pengguna dalam aktivitas politik apapun. Berita hoax yang muncul tidak terbatas dilakukan oleh satu orang partisipan saja. Berita-berita seperti itulah yang sepertinya mampu mengarahkan pemilu," ujar Zuckerberg. Isu yang cukup menekan Google dan Facebook ini muncul sejak terjadinya penyebaran berita hoax menyangkut pemilihan Presiden Amerika kemarin. Facebook dikritik jika mereka terlibat dalam pemenangan Donald Trump dan mengalahkan Hillary Clinton, berkat berita palsu yang kerap disebar di platform tersebut. Krisis Penyebaran Berita HOZX di Facebook Didalami | PT Rifan Financindo Berjangka Solo Buzzfeed News melaporkan bahwa 'lebih dari puluhan' karyawan Facebook membentuk satuan tugas tak resmi yang didedikasikan untuk menangani masalah ini. Facebook sendiri belum menanggapi permintaan BBC untuk mengomentari laporan Buzzfeed ini. Meski Mark Zuckerberg berusaha mati-matian menyangkal adanya peran Facebook dalam pemilihan presiden Donald Trump, namun pengawasan tentang bagaimana berita bohong tersebar di media sosial populer itu telah diintensifkan. Buzzfeed mengutip salah satu anggota satuan tugas, yang tidak mau disebutkan namanya karena khawatir mereka kehilangan pekerjaannya."(Mark Zuckerberg) tahu, dan kami orang-orang di perusahaan tahu, bahwa berita bohong itu menyebar liar di platform kami selama musim kampanye," kata sumber itu. Sebelumnya pada hari Senin, Facebook membantah tudingan bahwa perangkat untuk mengurangi berita penyebaran berita bohong sebetulnya telah dibuat sebelum pemilu, namun hanya disimpan, karena adanya kekhawatiran bahwa hal itu akan membuat Facebook terlihat seperti menyensor pandangan konservatif. Pada Sabtu malam ia mengunggah tulisan panjang ke halaman profilnya untuk membela Facebook."Dari semua konten yang ada dalam Facebook, lebih dari 99% dari yang dilihat orang adalah otentik," tulisnya. Zuckerberg tampaknya semakin gelisah dengan pandangan bahwa berita bohong merupakan masalah serius di jejaring sosial miliknya. Kesimpulannya: "Secara keseluruhan, sangat tidak mungkin berita palsu mengubah hasil pemilu ini ke satu arah atau ke arah lainnya." "Jumlah berita bohong dan hoax hanya sedikit jumlahnya. Berita-berita palsu yang ada tidak terbatas pada satu pandangan partisan saja, atau satu pandangan politik saja." Walau membantah klaim tersebut, Facebook menghapuskan pekerja manusia di bagian itu sebagai upaya untuk tampil netral. Statistik 99% itu telah menjadi bahan bulan-bulanan karena tampaknya hal itu mengacu pada berbagai macam konten yang diunggah ke Facebook.Pada bulan Mei, Facebook menghadapi kritik tajam setelah moderator yang bekerja di bagian 'artikel populer' diduga menghapus berita-berita yang memihak agenda konservatif atau mendukung Trump. Tudingan penyebaran berita bohong ternyata bukan hanya menimpa Facebook.Google mengatakan akan menindak keras pelanggaran yang dilakukan platform iklan mereka AdSense. Pengumuman itu menyusul laporan bahwa peringkat atas hasil berita Google untuk istilah "hasil akhir pemilu" menyoroti artikel dari sebuah situs berita palsu dengan informasi yang tidak akurat tentang penghitungan suara. Facebook mengatakan keputusannya itu lebih untuk memastikan dan bukan kebijakan baru, dan mereka juga tidak akan mengambil tindakan apapun. "Kami akan membatasi iklan yang menyembunyikan, mengaburkan atau menutup-nutupi informasi tentang penerbit, konten penerbit, atau tujuan utama dari pemilikan web," kata juru bicara Google, Andrea Faville. Tak lama setelah pengumuman Google, Facebook pun mengatakan mereka menambahkan 'berita palsu' untuk segala jenis situs yang tidak diperbolehkan untuk menggunakan Facebook Audience Network, sistem yang mirip dengan Google Adsense tetapi skalanya lebih kecil dan terbatas untuk aplikasi pihak ketiga. Google blokir jaringan iklannya di situs penyebar kabar bohong | PT Rifan Financindo Berjangka Solo Pada Senin (14/11/2016), Alphabet, perusahaan kepala Google, secara resmi mengumumkan perencanaan kebijakan baru. Kepada Reuters juru bicara Google menyatakan perubahan kebijakan ini akan berfokus pada pelarangan tampilan iklan di situs-situs penyebar berita bohong. Google memiliki jaringan iklan bernama AdSense. Jaringan iklan ini lumrah ditemukan di situs-situs yang umumnya menyediakan informasi gratis. Hal ini dikarenakan dengan memasang iklan dari AdSense, sang pemilik situs akan mendapatkan pemasukkan dari tiap iklan yang diklik oleh pengunjung. Raksasa-raksasa internet seperti Facebook dan Google kini mulai mengambil langkah baru sebagai bentuk pertanggungjawaban atas beredarnya berita-berita bohong (hoax) di dunia maya. "Ke depan, kami akan membatasi penayangan iklan di laman-laman yang memalsukan atau menyembunyikan informasi mengenai penerbit, konten penerbit, atau tujuan utama dari properti situs yang dimaksud," ujar juru bicara Google. Hal inilah yang dimanfaatkan si penyebar informasi bohong untuk meraup keuntungan. Dengan membuat konten yang menghebohkan, maka otomatis akan mengundang banyak pengunjung. Hal ini akan berujung akan semakin banyak kemungkinan iklan yang ada di laman tersebut diklik oleh para pengunjung. Dengan memblokir iklan AdSense, diharapkan para penerbit berita bohong akan kehilangan sumber pendapatan sehingga mengurangi minatnya membuat situs serupa. Sehingga pada akhirnya diharapkan jumlah informasi bohong yang beredar akan jauh berkurang. Tentunya semakin banyak iklan diklik, semakin banyak juga pemasukan yang akan didapat pemilik situs dari AdSense. Meski demikian, kebijakan di atas tidak berpengaruh di laman hasil pencarian Google. Informasi bohong kemungkinan masih bisa muncul di hasil pencarian Google. Dalam memantau situs-situs yang dinilai menayangkan berita bohong, Google akan menerapkan sistem kombinasi peran manusia dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Tapi tidak diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana cara Google akan menghalau konten yang tidak sesuai saat kebijakan baru tersebut diimplementasikan. Sebenarnya langkah pemblokiran iklan ini bukan yang pertama kali dilakukan Google. Sebelumnya Google telah mengaplikasikan kebijakan ini terhadap situs yang memuat konten seperti pornografi, kekerasan, dan penebar kebencian. Kecerdasan buatan ini dibuat sedemikian rupa agar mampu mempelajari ciri-ciri situs berita bohong sehingga dapat mempercepat proses penyaringan. Facebook belum berani mengambil langkah Berita bohong di media sosial ini semakin marak saat berlangsungnya kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat, negara asal Facebook. Bahkan kemudian perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg ini dituduh melakukan "penyetiran" informasi yang pada akhirnya mengangkat pebisnis kontroversial Donald Trump duduk di kursi presiden AS. Masalah berita bohong, tentu saja, juga menimpa Facebook, yang kian dianggap sebagai distributor berita terbesar di dunia saat ini, walaupun bukan sebuah perusahaan media. Menurut sang sumber, Facebook takut jika pensortiran berita bohong dilakukan maka hampir semua berita yang biasa dikonsumsi kaum konservatif --yang merupakan para pendukung Partai Republik dan Donald Trump-- akan terblokir. Kepada Gizmodo (14/11), seorang sumber anonim menyatakan bahwa sebenarnya Facebook telah mengembangkan alat untuk mengidentifikasi berita bohong di platformnya. Akan tetapi mereka memilih untuk tidak mengaplikasikannya. Akan tetapi Zuckerberg membantah hal itu dan menyatakan bahwa 99 persen berita yang beredar di News Feed Facebook adalah berita yang autentik. Kemudian, dalam konferensi Technonomy, bos Facebook itu kembali menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sama sekali tidak mungkin mempengaruhi hasil pemilihan presiden AS. Akibatnya mereka akan dianggap tidak adil karena akan mempengaruhi banyak situs berita sayap kanan yang merupakan corong kaum konservatif. "Hanya ada sejumlah kecil berita bohong. Berita bohong yang ada tidak terbatas hanya membahas pandangan satu partisan, atau bahkan politik," tulis Zuckerberg. "Secara pribadi saya pikir ide bahwa berita-berita bohong di Facebook, yang jumlahnya sedikit, bisa mempengaruhi pemilihan, adalah (pikiran yang) gila. Para pemilih mengambil keputusan berdasarkan pengalaman hidup mereka," tegas Zuckerberg seperti dikutip The Verge (10/11). "Saya sangat peduli akan hal ini. Saya ingin apa yang kami lakukan berdampak baik pada dunia. Saya ingin orang-orang mendapatkan beragam informasi," pungkas Zuckerberg. Namun ia mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan Facebook mempengaruhi demokrasi dan menyatakan akan berupaya membuat distribusi berita di Facebook menjadi lebih baik. Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|