Data 50 juta penggunanya bisa berada di tangan konsultan politik asal Inggris | PT Rifan Financindo Berjangka House Energy and Commerce Committee dan Senate Commerce Committee juga meminta Zuckerberg secara formal untuk hadir di sidang kongres. “Facebook gagal melindungi informasi rahasia pengguna yang tampaknya melanggar komitmen hukum tertentu, juga norma dan standar dasar,” imbuh Senator Demokrat Richard Blumenthal. Di samping AS, European Union Justice Commissioner juga meminta Facebook agar skandal Cambridge Analytica tidak terulang lagi. Pada pekan lalu, Zuckerberg meminta maaf melalui pemasangan iklan di satu halaman penuh dalam surat kabar AS dan Inggris. Dia berjanji akan memperketat akses developer terhadap informasi pengguna. Bagaimana pun, permintaan maaf Zuckerberg tidak mampu meredam keprihatinan pemerintah dan masyarakat. Menteri Keadilan Jerman mengatakan hal itu masih tidak cukup. “Di masa depan, kita perlu mengatur perusahaan seperti Facebook jauh lebih ketat,” kata Katarina Barley setelah berbicara dengan eksekutif Facebook. Namun, Facebook yakin mereka tidak melakukan kesalahan dan berjalan sesuai aturan. “Kami tetap teguh berkomitmen untuk melindungi informasi masyarakat,” ujar Wakil Kepala Privasi Facebook Rob Sherman dalam keterangan pers. “Kami menghargai kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diperlukan FTC,” tambahnya. Para pembuat Undang Undang di AS dan Eropa terus mendesak Facebook dan CEO Mark Zuckerberg untuk menjelaskan praktik privacy perusahaan. Senate Judiciary Committee menyatakan telah mengundang Zuckerberg, CEO Alphabet Inc, dan CEO Twitter untuk memberikan pernyataan pada 10 April mengenai data privasi. Saham Facebook sempat pulih pada awal pekan ini sebesar 0,4% di USD160,06. Pemulihan tersebut dinilai kemungkinan besar dimanfaatkan sebagian investor yang mengambil keuntungan dari rendahnya harga saham Facebook. Mereka yakin kasus regulasi ini tidak akan melukai prospek pertumbuhan jangka panjang Facebook. Komisi Perdagangan Federal ingin mengetahui apakah Facebook melanggar perjanjian pada 2011 seputar praktik privasi. Jika FTC menemukan Facebook melanggar dekrit itu, mereka memiliki wewenang untuk memberikan sanksi denda ribuan dollar per hari dalam satu kasus pelanggaran yang bisa mencapai miliaran dollar. Penguakan itu menimbulkan pertanyaan serius mengenai kebijakan dan praktik Facebook. Langkah ini perlu diambil untuk memastikan Facebook mengikuti aturan,” bunyi surat itu, dikutip Reuters. “Kami perlu tahu agar pengguna bisa mempercayai Facebook. Dengan informasi yang sekarang kami miliki, kepercayaan kami sirna.” Atas skandal ini, saham Facebook jatuh sebesar 6,5% di bawah USD150 untuk pertama kali sejak Juli 2017. Saham Facebook sudah berada di bawah 13% sejak Facebook mengakui data pengguna diberikan kepada Cambridge Analytica pada 16 Maret. Sejak saat itu, perusahaan menelan kerugian nilai pasar lebih dari USD70 miliar. Skandal Facebook membuat Komisi Perdagangan Federal AS buka suara. Mereka membuka penyelidikan terhadap Facebook yang biasanya hanya dilakukan dalam kasus besar yang menarik banyak perhatian publik. Mereka mengutip laporan media massa yang menyatakan praktik privasi Facebook merupakan keprihatinan substansial. Koalisi bipartisan 37 jaksa negara bagian AS juga menulis surat tuntutan. Mereka ingin mengetahui lebih banyak mengenai peran Facebook dalam memanipulasi data pengguna yang digunakan Cambridge Analytica. Data itu digunakan untuk menggiring para pemilih AS dan Inggris menjelang pilpres 2016 dan referendum Brexit. Badan hukum perlindungan konsumen dan jaksa yang mewakili 37 negara bagian di Amerika Serikat (AS) mendesak Facebook memberikan keterangan. Permintaan itu terkait bagaimana informasi data 50 juta penggunanya bisa berada di tangan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica. Blunder Besar Zuckerberg soal Kasus Kebocoran Data Facebook | PT Rifan Financindo Berjangka Meski pada awal 2017 ia akhirnya mengaku keliru, pernyataannya itu sudah telanjur dilontarkan ke publik. Tak berbeda jauh, dalam kasus penyalahgunaan data Facebook ini, suami dari Priscillia Chan itu disebut mengulangi langkah serupa. Sejak skandal ini pertama kali mencuat, tak ada pernyataan apa pun yang meluncur dari dirinya selama hampir tiga hari. "Saat seorang pemimpin senior dari platform sosial terbesar di dunia diam, saya pikir itu telah melanggar kepercayaan," tutur branding expert Eric Schiffer. Menurutnya, saat ini hal yang penting adalah soal kredibilitas dan rasa percaya untuk perusahaan. "Ini merupakan ujian terberat yang dilalui Facebook sebagai perusahaan," tuturnya. Selama masa bungkamnya itu, saham Facebook bahkan turun hingga 8,5 persen. Dengan kondisi ini, Profesor dari University of Kent Business School Dr. Michael Koch menyebut keputusan Zuckerberg yang diam saat krisis merupakan hal buruk. "Dalam sejumlah kasus, tentu kamu akan mengharapkan seorang CEO perusahaan akan bereaksi untuk mengatasi masalah secepat mungkin, terlebih saat saham perusahaan merosot," tuturnya seperti dikutip dari The Street, Rabu (28/3/2018). Sekadar informasi, dalam kepemimpinannya, Zuckerberg memang dikenal tak begitu tanggap menghadapi masalah. Saat kasus berita palsu di Facebook, ia malah mengeluarkan pendapat bahwa tak masuk akal berita palsu di platform-nya dapat mempengaruhi pemilihan umum. Skandal penyalahgunaan data yang terjadi di Facebook harus diakui merupakan masalah terbesar yang pernah dihadapi raksasa media sosial tersebut. Masalah ini pun sempat menjadi-jadi karena sang CEO, Mark Zuckerberg, sempat membisu sesaat setelah kasus terjadil Seperti diketahui, saat isu skandal ini mulai berembus, Zuckerberg tak kunjung bersuara, bahkan untuk sekadar memberikan pernyataan. Aksinya itu pun berakibat pada kondisi finansial perusahaan. ( Baca : Kenapa Harus 2 Minggu? ) Mark Zuckerberg Siap Bersaksi di Depan Kongres, Saham Facebook Tergelincir 4,9 Persen | PT Rifan Financindo Berjangka Hal itu dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan pada ketiga perusahaan besar tersebut, terutama Facebook. Investor juga khawatir bahwa pengguna dapat meninggalkan layanan perusahaan ini dengan alasan privasi. Dan jika pengguna pergi, selanjutnya diikuti pengiklan. Itulah sebabnya beberapa analis Wall Street telah menurunkan target harga dan perkiraan penghasilan mereka untuk Facebook selama satu setengah minggu terakhir. Meski masih ada yang justru meningkatkan prediksinya, dengan alasan bahwa yang terburuk akan segera berlalu dan investor bereaksi berlebihan. "Skandal itu kemungkinan akan terus muncul, para investor harus menyadari bahwa penjualan berkelanjutan pada sektor ini bukan hal yang mengejutkan, dan jika skandal lain akan melanda, itu kemungkinan kembali berdampak ke sektor teknologi," kata Craig Birk, Wakil Presiden Eksekutif Manajemen Portofolio Personal Capital dalam sebuah catatannya. Saham teknologi secara umum ikut terpukul sejak tuduhan terhadap Facebook pertama kali terungkap. Indeks Nasdaq bahkan tercatat turun 6 persen. Saham perusahaan media sosial yang terimbas, antara lain YouTube, Google dan Twitter. Saham Google, yang merupakan induk usaha Alphabet (GOOGL), turun 7 persen sejak 16 Maret, sementara Twitter anjlok 20 persen. Hal ini karena investor dilaporkan khawatir Facebook, Google dan Twitter akan terkena pengaturan baru yang lebih ketat dari Pemerintah Amerika Serikat dan di seluruh dunia karena kontroversi Cambridge Analytica. Sejak itu, saham Facebook telah anjlok 18 persen mencapai USD 80 miliar dari nilai pasar perusahaan raksasa jejaring sosial tersebut. Alhasil, kekayaan bersih Zuckerberg juga berkurang hingga USD 14 miliar. Facebook harus kembali menelan pil pahit. Saham perusahaan teknologi ini turun 4,9 persen atau 7,84 poin menjadi USD 152,2 dipicu laporan CEO Mark Zuckerberg setuju untuk bersaksi di depan Kongres terkait skandal data perusahaan. Melansir laman CNN Money, Rabu (28/3/2018), skandal dimulai pada 16 Maret lalu, setelah Facebook mengatakan pihaknya menangguhkan kerja sama dengan perusahaan analisis data Cambridge Analytica. Perusahaan ini diduga memanen lebih dari 50 juta data pengguna Facebook. Cambridge Analytica merupakan konsultan yang bekerja saat kampanye kepresidenan Donald Trump. Rifanfinancindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|