pegawai pajak dinilai telah bekerja ektra keras untuk menyukseskan tax amnesty | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang PalembangMenteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah memberikan penghargaan kepada para pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Penghargaan itu atas dasar kinerja para pegawai pajak. Menurutnya, penghargaan tersebut merupakan penghargaan yang diserahkan setiap tahun kepada pegawai pajak. Khusus tahun ini, penghargaan diberikan bersamaan dengan momentum pelaksanaan program amnesti pajak atau tax amnesty. "Tadi pagi sebelum hadir di sini kami memberikan 183 staf direktorat jenderal pajak dari mulai pelaksana sampai eselon 4 yang memiliki kinerja baik mendapatkan penghargaan," ujar Menkeu saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Selasa (18/10/2016). Pada tiga bulan terakhir, para pegawai pajak dinilai telah bekerja ektra keras untuk menyukseskan program tax amnesty. Bahkan, kata Presiden, para pegawai pajak harus bekerja siang-malam melayani masyarakat yang datang ke kantor pajak. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi memberikan apresiasi kepada para pegwai pajak atas capaiaan tax amnesty pada periode pertama. Untuk kenaikan tunjangan kerja sebagai apresiasi suksesnya pelaksanaan program tax amnesty, perempuan yang kerap disapa Ani itu masih melihat kemungkinannya. "Apakah meraka akan mendapatkan tunjangan kerja sesuai dengan prestasi? Memang sudah ada peraturannya tapi kami akan melihat," kata Ani. Cerita Sri Mulyani tentang Sulitnya Turunkan Kemiskinan di Dekade Terakhir | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang Dalam sharing pengetahuan di acara Supermentor-16, Ani begitu ia disapa mengatakan sebagai negara yang masuk dalam urutan empat terbesar dengan golongan pendapatan menengah, Indonesia telah mampu menurunkan kemiskinan pada level 10,86 persen. Angka tersebut cukup baik. "Namun kecepatan menurunkan orang miskin menjadi sangat lambat pada akhir dekade terakhir," kata Ani di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2016) malam. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan masalah kemiskinan dan kesenjangan masih menjadi tantangan dalam pembangunan Indonesia. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan sejak krisis ekonomi global yang terjadi pada 1987-1988, ekonomi Indonesia memang tumbuh tinggi dan bisa menurunkan kemiskinan. Namun muncul masalah baru yakni melebarnya kesenjangan antar si kaya dan si miskin. Namun, tak berhenti di situ, upaya ekstra harus dilakukan Pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan menuju yang lebih rendah. Sayangnya, diakui Ani, hal tersebut tidak lah mudah. Ini persoalan yang sangat pelik menurut Ani, yakni bagaimana membuat ekonomi tumbuh tinggi dan bisa menciptakan lapangan kerja, mengatasi kemiskinan, mengurangi kesenjangan. Sehingga tercipta pertumbuhan yang merata terutama untuk menyasar 40 persen rakyat yang berada di golongan ekonomi paling bawah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dinikmati oleh golongan atas atau dengan kata lain tak merata. Bayangkan, kata Ani, satu persen penduduk berhasil menguasai 50 persen aset negara dan satu persen penduduk bisa mengusasi hampir 90 persen aset dunia. "Ketimpangan makin mendekati angka satu artinya ekonomi hanya dinikmati oleh satu. Ketimpangan Indonesia pada tahun 2000 yakni 0,3 memburuk menjadi 0,41. Namun sedikit menurun di 2016 jadi 0,4," ujar dia. Itu semua menurut Ani adalah alat pemecah kemiskinan jangka panjang. Sementara jangka pendek yakni melalui kebijakan anggaran seperti pengalokasian anggaran pendidikan 20 persen dan kesehatan lima persen dari total belanja APBN. "Dulu 10 tahun lalu waktu saya jadi Menkeu, anggaran pendidikan masih sekitar Rp50 triliun-Rp70 triliun. Sekarang sudah Rp400 triliun. Jadi, bagaimana budget negara bisa jadi instrumen untuk pecah kemiskinan dan kesenjangan," jelas dia. Untuk memutus tali dan lingkaran kemiskinan antargenerasi, lanjut dia, maka hal yang paling dasar yakni setiap keluarga miskin harus mampu menikmati pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi yang notabenenya bukan infrastruktur seksi namun sungguh penting. Saat ini bahkan banyak orang kaya yang hidupnya di lingkungan yang tak sehat. "Selama ini, dia bilang, pertumbuhan yang tinggi diciptakan oleh orang-orang yang mempunyai modal, yang di bawah hanya dapat rembesannya saja," tutur Ani. Sri Mulyani: Jadi Menkeu Itu Tak Boleh Emosian. Sebabnya? | PT Rifan Financindo Berjangka Cabang Palembang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati curhat saat didapuk menjadi pembicara dalam seminar Supermentor 16 di Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat, Senin, 17 Oktober 2016. "Ini adalah suatu tantangan yang sangat sulit karena menyangkut emosi masyakarat. Menggunakan dana subsidi untuk menghapus kemiskinan, banyak yang protes. Mau pungut pajak, penuh emosi. Sebab itu, menjadi Menteri Keuangan adalah menjadi menteri yang harus bisa mengelola emosi," ujar Sri Mulyani yang disambut gelak tawa oleh peserta seminar. Menurut Sri Mulyani, merumuskan suatu kebijakan merupakan tugas yang sulit karena perumusan itu membutuhkan kajian apakah benar-benar dinikmati masyakarat miskin atau tidak. Mengentaskan kemiskinan, menurut Sri Mulyani, merupakan tugas yang berat. Namun, dia optimistis, tugas tersebut bisa dilakukan. "Mengatasi kesenjangan juga merupakan tantangan yang pelik. Tapi, itu juga bisa dilakukan. Dia tidak hanya butuh dana, tapi juga pemikiran dan kemampuan untuk belajar dari kesalahan kita sendiri," katanya. Sri Mulyani menambahkan, sebagai seorang menteri, dia harus mampu membuat kebijakan yang tidak menyalahi hati nuran setia mampu menjaga integritas karena mesti mengelola uang rakyat sekitar Rp 2.000 triliun. "Itu bukan uang saya, uang rakyat Indonesia. Butuh partisipasi untuk melihat, meneliti, mengawasi, dan memberikan laporan," tuturnya. Menghapus kesenjangan, Sri Mulyani menambahkan, juga membutuhkan kehadiran serta kontribusi masyarakat. Sri Mulyani pun mengajak para penonton yang sebagian besar merupakan generasi muda itu untuk mengawasi penggunaan APBN. "Pendidikan Rp 400 triliun, kesehatan Rp 100 triliun, itu jadi apa? Siapa yang menikmati? Bagaimana negara membelanjakan itu?" "Yakinkan bahwa uang negara dibelanjakan dengan benar. Mengawasi dengan kritis dan penuh kasih sayang. Tapi Bu Sri Mulyani juga butuh kasih sayang," kata Sri Mulyani lagi yang kembali mengundang gelak tawa peserta seminar. Partisipasi masyarakat, kata Sri Mulyani, penting dalam memerangi kesenjangan. Menurut dia, negara akan maju apabila masyarakat peduli terhadap kebijakan pemerintah. Rifan Financindo
0 Comments
Leave a Reply. |
PT Rifanfinancindo Berjangka
PT Rifan Financindo Berjangka Profil Perusahaan Legalitas Penghargaan Perusahaan Fasilitas dan Layanan Archives
June 2018
PT Rifan Financindo Berjangka
|